Page 230 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 230

K ONS TELA SI POLITIK  MA S A
                                                                                         DEMOKR A SI TERPIMPIN



                                                       Agar lebih jelas untuk mengetahui pemikiran Soekarno tentang
                                                  penggabungan ketiga aspek ideologi dalam Nasakom, di bawah ini akan
                                                  dikutipkan dari pernyataan Soekarno:
                                                          a.  Nasionalisme/Keagamaan
                                                             “maka tak boleh kita lupa, bahwa manusia-manusia
                                                             yang menjadikan pergerakan Islamisme dan
                                                             pergerakan marxisme di Indonesia-kita ini, dengan
                                                             manusia-manusia yang menjalankan pergerakan
                                                             nasionalisme itu semua mempunyai ‘keinginan
                                                             hudup menjadi satu’, bahwa mereka dengan  kaum
                                                             nasionalis  itu  merasa  ‘satu  golongan,  satu  bangsa’,
                                                             bahwa segala pihak dari pergerakan kita ini, baik
                                                             Nasionalis maupun Islamis,   maupun   pula   marxis
                                                             beratus-ratus   tahun   lamanya   ada ‘persatuan
                                                             hal-ikhwal’...” 286


                                                          b. Islamisme/Agama
                                                             “Untuk Islamis sejati, maka dengan lekas saja
                                                             teranglah baginya, bahwa tak layaknya ia memusuhi
                                                             paham Marxisme yang melawan peraturan
                                                             meerwaarde itu, sebab ia tak lupa, bahwa islam
                                                             yang sejati juga memerangi peraturan itu; bahwa
                                                             Islam yang sejati melarang keras akan perbuatan
                             ... bahwa
                                                             makan riba dan memungut bunga. Ia mengerti
                          Islam yang                         bahwa riba  ini  pada  hakikatnya  tiada  lain  dari

                    sejati melarang                          pada  meerwaardnya  paham Marxisme itu!”
                                                                                                      287
                          keras akan
                                                          c.  Marxisme/Komunisme
                          perbuatan
                                                             “Kita harus  membedakan Historis-Materialisme
                         makan riba                          itu daripada Wijsgerig-Materialisme; kita harus

                   dan memungut                              memperingatkan,  bahwa maksudnya Historis-

                               bunga.                        Materialisme itu berlainan daripada maksudnya
                                                             Wijsgerig-Materialisme tadi. Wijsgerig-Materialisme
                                                             memberi jawaban atas pertanyaan : bagaimanakah
                                                             hubungannya antara pikiran (denken) dengan benda
                                                             (materie), bagaimanakah pikiran itu terjadi, sedang
                                                             Historis-Materialisme memberi jawaban atas soal

                                                  286 Cindy Adam, 2007.Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, terj. Syamsu Hadi, Jakarta: Yayasan
                                                    Bung Karno, khususnya bab II.
                                                  287  Buku Tempo, 2010.  Soekarno Paradoks Revolusi, Jakarta: PT Gramedia, hlm, 43



                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   227
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235