Page 226 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 226

K ONS TELA SI POLITIK  MA S A
                                                                                         DEMOKR A SI TERPIMPIN



                                                  akhirnya Indonesia berkampanye ingin melakukan pengganyangan
                                                  Malaysia. Konsekuensi dari niat tersebut adalah terjadi demonstrasi
                                                  besar di antara kedua negara. Pada umumnya yang dilakukan oleh
                                                  demonstran adalah saling menyerbu kantor/gedung Kedutaan Besar
                                                  setiap negara di negara masing-masing. Peristiwa penggayangan
                                                  Malaysia dari aspek ekonomi menyebabkan International Monetary
                                                  Fund (IMF) untuk menangguhkan bantuannya. Begitu juga Amerika
                                                  Serikat yang membatalkan memberikan bantuan sebagaimana
                                                  janjinya. Para teknokrat yang melakukan rehabilitasi dan menstabilkan
                                                  perekonomian, lebih memilih hengkang keluar dari Indonesia karena
                                                  takut pada konflik pengganyangan Malaysia yang berkepanjangan.
                                                  Karena Soekarno menjadikan politik sebagai hal yang utama dalam
                                                  mengelola sistem pemerintahannya, jadi rehabilitasi dan menstabilkan
                                                  perekonomian dapat dikatakan terabaikan. Sementara itu, sebagai
                                                  penutup politik Ganyang Malaysia, sesungguhnya merupakan peristiwa
                                                  yang paradoksal. Di satu sisi, Soekarno ingin melawan ideologi negara
                                                  dari para pelaku imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme
                                                  yang berada di belakang pembentukan negara boneka Malaysia. Akan
                                                  tetapi, sisi lainnya Soekarno juga memerlukan bantuan dana dari
                                                  pihak asing yang umumnya juga negara yang memiliki kekuatan utama
                 Karena Soekarno                  imperialisme. Dari dua peristiwa ini, tampaknya Soekarno merasa lebih

                menjadikan politik                nyaman dengan kampanye pembebasan Irian Barat karena pada kasus

                  sebagai hal yang                ini secara jelas dapat menstabilkan keseimbangan kekuatan politik
                                                  dari kalangan dalam negeri. Isu-isu yag ada mampu memenangkan
                      utama dalam
                                                  Angkatan Darat, dan PKI dalam tahap mulai diterima sebagai bagian
                mengelola sistem                  agensi yang ikut terlibat dalam tata kelola politik ketatanegaraan.
                                                                                                              277
                pemerintahannya,                       Dalam perkembangan berikutnya pada akhir kepemimpinan

                    jadi rehabilitasi             Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin, terbaca ada
                                                  kecenderungan sebuah “ketergantungan” pada PKI, yaitu terdapat
                dan menstabilkan
                                                  pendelegasian  dalam  merumuskan  dan  pengimplementasiannya
                    perekonomian                  pada para penasehat. Untuk masa ini, Presiden Soekarno banyak

                   dapat dikatakan                mengandalkan perspektif dari para penasihat ahlinya  yang secara
                                                                                                   278
                          terabaikan.             “kebetulan” mayoritas mereka adalah para tokoh PKI di antaranya D.N.
                                                  Aidit dan Nyoto. Bahkan ketika Presiden Soekarno berpidato pada
                                                  perayaan tanggal 17 Agustus 1965, secara langsung mengkritik pucuk
                                                  pimpinan Angkatan Darat yang mulai bersifat anti-Manipol:




                                                  277   Ibid., hlm., 105.
                                                  278   Pola kepemimpinan semacam ini dikenal sebagai tipe kepemimpinan Magistrat.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   223
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231