Page 223 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 223

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                       Di sisi lain terdapat upaya Soekarno untuk mengurangi kekuatan
                                                  politik Angkatan Darat. Kebijakan pertamanya, Soekarno mengambil
                                                  tindakan yang ditujukan kepada Menteri Pertahanan dan Keamanan
                                                  dan Kepala Staf Angkatan Darat Jendral, A.H. Nasution, sebagai perwira
                                                  tinggi yang paling potensial sehingga ia akan berani menantang
                                                  kepemimpinan diri Soekarno. Cara yang ditempuh Soekarno adalah
                                                  mengurangi kekuatan politik Nasution dengan membebaskan dari
                                                  kedudukannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Posisi yang
                                                  langsung mampu mengontrol seluruh pasukan dengan garis komando
                                                  ini bisa dijadikan kekuatan politik yang memungkinkan pada situasi
                                                  tertentu akan dipergunakan Nasution untuk bersaing dengan
                                                  Soekarno. Staf Angkatan Darat sebaiknya diisi oleh seorang perwira
                                                  lain yang lebih tunduk kepada keinginan politik Soekarno. Ia haruslah
                                                  seorang perwira yang memiliki jiwa loyalitas yang tinggi tanpa memiliki
                                                  hasrat merebut kekuasaan termasuk menentang perintah Presiden
                                                  Soekarno.
                                                       Presiden Soekarno sesungguhnya mengetahui bahwa AH
                                                  Nasution tidaklah begitu populer di kalangan perwira Angkatan Darat
                                                  karena sikapnya yang tidak mengenal ampun terhadap perilaku praktik-
                                                  praktik korupsi karena banyak perwira yang terlibat korupsi. Namun
                                                  di sisi lain, Nasution adalah perwira Angkatan Darat yang memiliki
                Namun di sisi lain,               bawahan cukup banyak, dan ia seorang arsitek yang mampu menjadikan

                  Nasution adalah                 Angkatan Darat mencapai kedudukan  yang amat berkuasa.   Akhirnya
                                                                                                      269
                 perwira Angkatan                 Soekarno mengangkat Jendral Ahmad Yani sebagai Panglima Angkatan
                                                  Darat, meskipun Yani juga menentang dan anti-PKI. Namun, gaya
             Darat yang memiliki
                                                  kepemimpinan berbeda dengan Nasution. Yani yang memahami
                   bawahan cukup                  karakter budaya Jawa, memiliki ekpresi ketidaksetujuannya terhadap

                     banyak, dan ia               kebijakan  politik  Soekarno  yang  disampaikannya  tidak  secara
                    seorang arsitek               terbuka. Ia menempatkan Soekarno sebagai “Bapak” yang bisa saja
                                                  bertindak salah, tetapi tidak boleh melawannya secara langsung di
                      yang mampu
                                                  hadapan umum. Komunikasi yang intensif harus dilakukan terlebih
                         menjadikan               dahulu, selanjutnya dibuat keputusan. Pengambilan keputusan harus

                    Angkatan Darat                dilakukan dengan berbagai pertimbangan multiaspek dengan memakai
                           mencapai               kesepakatan dalam kelompok, baru pendapat ketidaksetujuannya atau
                                                  sikap setujunya dikemukan kepada Presiden Soekarno. 270
                 kedudukan  yang
                                                       Ketika Presiden Soekarno berhasil mereduksi bahaya ancaman
                    amat berkuasa.                yang akan dihadapi di dunia perpolitikan tehadap dua kekuatan

                                                  utamanya, khususnya Angkatan Darat, Soekarno mulai menerapkan
                                                  269  Harorld Crouch,1986.  Militer dan Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, hlm., 55-56.
                                                  270  Ibid.




                                     dpr.go.id   220
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228