Page 275 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 275

DPR -GR D AN KEBIJ AKAN PAD A  MA S A
                                                                                         DEMOKR A SI TERPIMPIN



                                                  melakukan penghentian pelaksanaan tugas dan pekerjaan anggota-
                                                  anggota DPR yang sekarang dan mengusahakan pembaharuan susunan
                                                  DPR berdasarkan UUD 1945 dalam waktu yang singkat.   355  Namun
                                                  kemudian, penghentian pelaksanaan tugas anggota DPR ini dianggap
                                                  sebagai pembubaran DPR hasil Pemilu 1955. Dalam konferensi persnya,
                                                  Mr. Sartono menyampaikan hal yang sama sesuai penjelasan dalam
                                                  Rapat Pleno tertutup. Namun, karena adanya larangan dari Komando
                                                  Daerah Militer Djakarta Raja (Kodam Djaja) agar tidak menyiarkan
                                                  komentar apa pun terkait isi Penetapan Presiden No 3 tahun 1960,
                                                  berita tersebut tidak dapat disiarkan di dalam surat-surat kabar saat
                                                  itu.
                                                       Alasan dibubarkannya DPR oleh presiden antara lain adalah,
                                                  pertama, DPR Hasil Pemilu 1955 ini dalam melaksanakan tugasnya
                                                  tidak memenuhi harapan presiden, yaitu dapat bekerja sama atau
                                                  membantu Presiden. Kedua, kerja sama antara pemerintah dan
                                                  DPR tidak memenuhi harapan tersebut karena susunan DPR Hasil
                                                  Pemilu 1955 adalah berdasarkan UUDS 1950. Ketiga, ketentuan di
                                                  atas (poin 1 dan 2) dianggap menimbulkan keadaan ketatanegaraan
                                                  yang membahayakan persatuan dan keselamatan negara, nusa dan
                                                  bangsa serta menghambat lancarnya pembangunan untuk mencapai
                                                  masyarakat yang adil dan makmur.  Tiga hal ini dianggap sebagai
                                                                                   356
                                                  konsekuensi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang secara aklamasi
                                                  diterima DPR. Oleh karena itu, sejak saat itu DPR bersama-sama
                                 Alasan           dengan pemerintah (Presiden) melakukan kedaulatan rakyat. Adanya

                      dibubarkannya               pengakuan kekuasaan presiden untuk mengatur segala sesuatu yg
                 DPR oleh presiden                dituangkan dalam Penetapan Presiden, yang dalam proses selanjutnya,
                                                  hal ini membawa konsekuensi baru dalam ketatanegaraan Republik
                 antara lain adalah,
                                                  Indonesia, khususnya bagi posisi DPR.
                                                                                     357
                pertama, DPR Hasil                     Presiden Sukarno kemudian membentuk DPR baru dengan
                     Pemilu 1955 ini              mengeluarkan Ketetapan Presiden No.4 Tahun 1960 yang mengatur
             dalam melaksanakan                   pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
                                                  Komposisi DPR-GR selesai disusun di Istana Tampak Siring, Bali, pada
                      tugasnya tidak
                                                  24 Juni 1960. Presiden Soekarno pula yang menyusun konsep baru
               memenuhi harapan                   tentang keanggotaan DPR yang didasarkan pada prinsip gotong royong

              presiden, yaitu dapat               tersebut. Istilah ‘Gotong Royong’ diberikan untuk memberikan bobot
                 bekerja sama atau                baru bagi DPR dan membedakannya dengan DPR masa sebelumnya

              membantu Presiden.
                                                  355  Ibid. hlm. 237-239
                                                  356  B.N. Marbun, (1992), DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, PT Gramedia Pustaka Utama,
                                                    Jakarta, hlm. 110
                                                  357   Sekretariat DPR-GR (1983), Seperempat Abad …, op.cit., hlm. 237-239




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   273
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280