Page 276 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 276

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  (masa Demokrasi Parlementer).  358  Dalam proses penyusunannya
                                                  tersebut, Sukarno mengundang ketua Tiga Partai Besar, yaitu PNI,
                                                  NU, dan PKI serta wakil TNI AD, Kolonel Wiluyo Puspoyudo. Satu hari
                                                  setelah penyusunannya, anggota DPR-GR kemudian dilantik pada 25
                                                  Juni 1960.  Keputusan Presiden membentuk DPR-GR ini ternyata
                                                           359
                                                  memicu reaksi terutama dari partai-partai politik yang ada.
                                                       Sejak saat itu, DPR memiliki nama baru yaitu DPR-Gotong
                                                  Royong dan memiliki susunan dan keanggotaan baru. Lewat Keputusan
                                                  Presiden No. 155 dan No.156 ditetapkan akhir masa tugas DPR tahun
                                                  1959 serta pengangkatan anggota-anggota baru DPR-GR.  Nama-nama
                                                  anggota DPR-GR kemudian diumumkan dan dipanggil untuk dilantik
                                                  serta diangkat sumpahnya pada tanggal 25 Juni 1960. Dalam pelantikan
                                                  tersebut Zainul Arifin ditunjuk langsung oleh presiden sebagai ketua
                                                  DPR GR, dengan wakilnya Arudji Kartawinata. 360
                        Sejak saat itu,                Mengenai karakter dan susunan DPR GR yang baru ini dapat

                DPR memiliki nama                 dijelaskan sebagai berikut. Keanggotaan tidak lagi didasarkan atas
                                                  kekuatan partai atau organisasi hasil Pemilu 1955, tetapi diatur
                     baru yaitu DPR-
                                                  sedemikian rupa agar dapat bekerja sama secara gotong royong antara
               Gotong Royong dan                  pemerintah dan DPR-GR. Keanggotaan DPR-GR juga hanya diberikan

                  memiliki susunan                kepada mereka yang berasal dari Golongan Politik, Golongan karya,

                   dan keanggotaan                dan seorang Wakil dari Irian Barat. Sementara itu, Wakil dan Ketua
                                                  pun diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Calon yang diangkat
                                   baru.
                                                  harus menyetujui USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
                                                  Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia). Prasyarat
                                                  lain adalah anggota DPRGR harus bersedia melaksanakan Manifesto
                                                  Politik (Manipol), yaitu Pidato Politik Presiden 17 Agustus 1959. Dengan
                                                  demikian, dapat dikatakan bahwa DPR-GR harus bekerja dengan
                                                  berpedoman pada MANIPOL-USDEK, yang merupakan intisari dari
                                                  sistim pemerintahan ‘Demokrasi Terpimpin’.  361
                                                       Selain pertentangan antara pihak yang pro dan yang kontra atas
                                                  pembentukan DPR-GR ini, masa Demokrasi Terpimpin juga diwarnai
                                                  oleh permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan isu-
                                                  isu politik di dalam negeri, ekonomi terpimpin yang diusung untuk
                                                  mendukung Pembangunan Semesta, serta isu politik dan hubungan
                                                  luar negeri Republik Indonesia.  Walaupun banyak kritik pada proses
                                                                              362


                                                  358  B.N. Marbun, op.cit., hlm. 113
                                                  359  Marwati Djoened Poesponegoro, dkk, op.cit., hlm.  420-421
                                                  360  Marbun, op.cit., hlm. 114-115
                                                  361  Ibid., hlm. 114
                                                  362 Departemen Komunikasi dan Informatika, (2005), 60 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia:
                                                    Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, Jakarta: Depkominfo, hlm. 80-82.



                                     dpr.go.id   274
   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281