Page 303 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 303

DPR -GR D AN KEBIJ AKAN PAD A  MA S A
                                                                                         DEMOKR A SI TERPIMPIN





                                                       Persidangan I Rapat ke-2 dimulai pada Hari Rabu 13 Juli 1960
                                                  dan masih dipimpin oleh ketua H. Zainul Arifin dan Sekretaris Mr.
                                                  Roesli. Materi yang dibahas pada Persidangan Pleno I Rapat ke-2 ini
                                                  adalah membahas surat-surat yang masuk dari pemerintah (Presiden
                                                  Soekarno) ke DPR-GR sebanyak 2 buah surat dan membahas tentang
                                                  peraturan tata tertib DPR-GR sebagai pedoman dan landasan kerja.
                                                                                                               428
                                                  Surat Presiden Sukarno yang pertama tertanggal 7 Juli 1960, berisi
                                                  tentang pemberian kuasa kepada Akting Ketua atau Wakil Ketua DPR-
                                                  GR untuk mengambil sumpah dan janji anggota DPR-GR yang sempat
                                                  tertunda karena satu dan lain hal. Sementara itu, surat kedua dari
                                                  Presiden Soekarno tertanggal 12 Juli 1960, secara garis besar berisi
                                                  tentang Peraturan Tata Tertib DPR-GR No. 14 Tahun 1960. Isi surat
                                                  pertama secara lengkap adalah sebagai berikut.
                                                                                             429

                                                                   “Mengingat akan surat keputusan kami
                                                             tertanggal 15 Agustus 1959 No. 166, dengan ini
                                                             memberi kuasa kepada Akting Ketua DPRGR atau
                           Golongan-                         wakilnya  untuk  mengambil  sumpah  atau  janji

                    golongan Politik                         anggota-anggota DPRGR yang berdasarkan alasan-
                                                             alasan yang dapat diterima belum dapat mengambil
                    disederhanakan                           sumpah atau janji pada tanggal 25 Juni yang baru

                menjadi Golongan                             lalu”
                     Nasional, Islam,

                          Kristen dan                  Selain membahas dua surat dari Presiden, Persidangan Pertama
                                                  Rapat ke-2 ini juga membahas tentang anjuran Presiden Soekarno
                             Komunis              tentang penyederhanaan golongan menjadi sebagai berikut.

                                                       1.   Golongan-golongan Politik disederhanakan menjadi
                                                          Golongan Nasional, Islam, Kristen dan Komunis;
                                                       2.  Golongan Karya merupakan satu golongan dalam DPR-GR
                                                          yang jika perlu dibagi lagi dalam sub golongan-sub golongan
                                                          Angkatan Bersenjata, Pembangunan Spirituil, Pembangunan
                                                          Materiil dan Kerokhanian.
                                                       Rapat ke-2 di Persidangan I ini juga membahas tentang tugas
                                                  utama DPR-GR bersama pemerintah dalam membentuk Undang-
                                                  Undang. Tugas ini diatur dalam Bab III Peraturan Tata Tertib DPR-GR.
                                                  Adapun tata cara pembentukan Undang-Undang dilakukan melalui 2


                                                  428  Irawati, op.cit., hlm. 86
                                                  429  Ibid.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   301
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308