Page 378 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 378

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  sebagaimana ditentukan dalam UUD 1945 pasal 5, 11, 19, 20, 21, dan
                                                  28. Hanya dengan pengembalian wewenang dan fungsi sesuai dengan
                                                  proporsinya, DPR-GR dapat dijadikan forum untuk menyalurkan
                                                  aspirasi rakyat sebaik mungkin.
                                                       Pada tanggal 11-13 Mei 1966, DPR-GR melaksanakan sidang
                                                  paripurna mengenai pemandangan umum atas program kerja
                                                  pemerintah.  Pemandangan umum para anggota DPR-GR ini dalam
                                                             556
                                                  rangka menyambut keterangan program kerja pemerintah yang telah
                                                  disampaikan empat Waperdam kepada DPR-GR. Sidang yang dipimpin
                                                  caretaker pimpinan DPR-GR, Laksamana Muda Laut Mursalim beserta
                                                  anggota, Lukmanul Hakim (Golongan Islam), Agus Sudono (Golongan
                                                  Karya Buruh), Dahlan Ranuwiharjo (Golongan Karya Pemuda),
                                                  Drs. Matakupan (Golongan Kristen/Katolik), dan Syech Marhaban
                                                  (Golongan Islam). Kelima anggota DPR-GR ini tidak sebatas menyambut
                                                  pembacaan keterangan program kerja pemerintah, tetapi juga memberi
                                                  saran terhadap program-program yang telah disampaikan pemerintah.
                                                       Melalui uraiannya, anggota DPR-GR, Lukmanul Hakim,
                                                  menyambut baik keterangan yang disampaikan Waperdam Hankam,
                                                  Letjen Soeharto. Menurut Lukmanul Hakim keterangan yang
                                                  disampaikan pemerintah telah menggariskan strategi di bidang Hankam
                                                  sudah sesuai dengan tujuan dan kepentingan Revolusi Indonesia. Di
                                                  samping itu, pemerintah juga menyinggung tentang kedudukan DPR
                                                  yang sebenarnya sesuai dengan kemurnian jiwa UUD 1945. Berkaitan
                                                  dengan lembaga-lembaga politik, disimpulkan bahwa sesungguhnya
                                                  pemerintah masih berpijak pada politik Kabinet Dwikora yang

               Melalui uraiannya,                 kenyataannya ternyata tidak mencapai sukses seperti yang diharapkan
                                                  sesuai dengan tujuan pembentukan lembaga-lembaga politik sehingga
                anggota DPR-GR,                   perlu dihapus. Anggota DPR-GR, Agus Sudono, menyatakan bahwa

                Lukmanul Hakim,                   keterangan yang disampaikan pemerintah kepada DPR-GR cukup
                menyambut baik                    memberi harapan baru sehingga stabilitas sosial, politik, dan ekonomi

                 keterangan yang                  yang diharapkan dapat terwujud. Sementara itu, Dahlan Ranuwiharjo,
                                                  berpendapat bahwa stabilitas politik harus benar-benar bisa dijaga,
                      disampaikan                 sebab itu akan berpengaruh terhadap perekonomian negara.

                        Waperdam                       Memasuki bulan September 1966, kondisi politik di tanah air
                  Hankam, Letjen                  kian memanas karena muncul konflik antara presiden dengan MPRS

                            Suharto.              dan DPR-GR, yaitu pada waktu itu, Presiden Soekarno tidak bersedia
                                                  membubarkan PKI. Untuk mengakhiri keadaan yang kian meruncing
                                                  dan sekaligus menanggapi pidato-pidato presiden, DPR-GR dalam

                                                  556  Kompas, 14 Mei 1966.




                                      dpr.go.id  378
   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383