Page 168 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 168

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                         Di tahun yang sama tepatnya bulan Oktober para mahasiswa
                                                   mengadakan aksi ke gedung MPR/DPR untuk menyampaikan petisi
                                                   bernama “Petisi 24 Oktober”. Petisi tersebut berisi kritikan terhadap
                                                   kebijakan pembangunan yang dianggap tidak populis dan hanya
                                                   menguntungkan kelompok yang kaya. Gerakan itu tidak meluas karena
                                                   hanya berpusat di Jakarta. Pada saat itu konsep gerakan moral masih
                                                   dipakai oleh mahasiswa, yaitu mahasiswa hanya sebatas mengkritik
                                                   kebijakan pemerintah. Isi dari petisi tersebut adalah: 180
                                                         1.  Strategi pembangunan perlu ditinjau kembali. Strategi yang
                                                            baru hendaknya menciptakan keseimbangan di bidang politik,
                                                            sosial, dan ekonomi.
                                                         2.  Rakyat harus dibebaskan dari ketidakpastian hukum, korupsi,
                                                            serta penyelewengan-penyelewengan kekuasaan.
                                                         3.  Perlunya refungsionalisasi lembaga-lembaga penyalur
                                                            pendapat rakyat.
                                                         4.  Penentuan masa depan adalah hak dan kewajiban generasi
                                                            muda.

                                                           Pada tanggal 13 Agustus 1971 Yayasan Harapan Kita mengajukan
                                                   permohonan izin/restu kepada Presiden RI mengenai pembangunan
                       Di tahun yang               Miniatur Indonesia, yaitu dengan suratnya No. 74/JHK-SecNlll/1971.
                      sama tepatnya                Permohonan itu disetujui/direstui oleh Presiden RI. dengan surat
                       bulan Oktober               Nomor B-104/Pres/8/1971 tanggal 20 Agustus 1971. Sesuai dengan

                    para mahasiswa                 restu Presiden tersebut maka dengan Surat Keputusan Pengurus
                        mengadakan                 Yayasan Harapan Kita No. I/Kpts/JHK-Vlll/1971 tanggal 23 Agustus 1971
                      aksi ke gedung               dibentuklah Badan Pelaksana Pembangunan & Persiapan Pengusaha
                     MPR/DPR untuk                 Proyek Miniatur Indonesia yang rnerupakan pelaksana dari pada Yayasan
                     menyampaikan                  Harapan Kita untuk membangun Miniatur Indonesia “Indonesia lndah”.
                      petisi bernama               Salah satu langkah dari Badan Pelaksana ini ialah menerbitkan buku
                 “Petisi 24 Oktober”.              dengan judul “Penjelasan Tentang Proyek Miniatur Indonesia”, dengan
                                                   kata pengantar dari Ketua Yayasan Harapan Kita, lbu Tien Soeharto.
                                                           Semua pernyataan-pernyataan/memorandum-memorandum
                                                   dari pihak- pihak yang menentang maupun dari pihak yang mendukung
                                                   itu tidak hanya disampaikan oleh delegasi demi delegasi ke DPR saja, tapi
                                                   juga disampaikan kepada pihak eksekutif, proyek officer, maupun kepada
                                                   Ketua Yayasan Harapan Kita, kepada Bappenas, Departemen Keuangan
                                                   RI, dan Gubernur Kepala Daerah DKI Jakarta selaku Proyek Officer.


                                                   180    B. Wiwoho dan Bandjar Chaeruddin. Tanpa tahun. Memori Jenderal Yoga. Tanpa Kota: PT. Bina
                                                      Rena Pariwara. hal. 228




                                       dpr.go.id   162





         Bab III.indd   162                                                                                         11/21/19   18:10
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173