Page 171 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 171

MENGU ATNYA  PENGARUH ORDE B ARU
                                                                                               DI DPR (19 71 - 19 77)



                                                   memberikan landasan Hukum. Selanjutnya dijelaskan pula, bahwa
                                                   tujuan untuk membentuk suatu rumah tangga yang kekal dalam
                                                   suatu parkawinan perlu ditunjang dengan suatu slkap dasar untuk
                                                   tidak mempermudah perceraian ataupun poligami yang tidak sesuai
                                                   dengan kemurnian ajaran agama yang dianut seseorang. Karena itu
                                                   baik perceraian maupun poligami hanya diperbolehkan secara restriktif
                                                   (terbatas) dalam keadaan dan menurut syarat-syarat tertentu. Di
                                                   samping itu dijelaskan, RUU Perkawinan tersebut adalah dimaksudkan
                                                   untuk menaikkan kedudukan wanita pada tempat yang semestinya.
                                                   Perlindungan terhadap perkawinan yang akan menjadi azas dalam
                                                   RUU Perkawinan ini sekaligus ditujukan untuk mengangkat derajat,
                                                   harkat dan martabat kaum wanita.
                                                           RUU Perkawinan yang diajukan ini menampung masalah-
                    RUU Perkawinan                 masalah yang mempunyai pengaruh terhadap kependudukan, yakni
                     tersebut adalah               dalam hubungan batas umur untuk kawin dan perceraian. Pemerintah
                        dimaksudkan                mengajukan RUU Perkawinan ini yang memuat dasar-dasar mengenai
                   untuk menaikkan                 perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan dan
                  kedudukan wanita                 tuntutan zaman. Dasar-dasar yang penting adalah mengenai azas
                  pada tempat yang                 dan dasar perkawinan; sahnya perkawinan; syarat-syarat mengenai

                          semestinya.              perkawinan; hak dan kewajiban suami isteri; putusnya perkawinan;
                                                   akibatnya, anak; hak dan kewajiban antara orang tua dan anak serta
                                                   perwalian. Demikian penjelasan Pemerintah yang disampaikan oleh
                                                   Menteri Kehakiman Prof. Umar Seno Adji, SH.
                                                           Fraksi ABRI dengan jurubicara R. Tubagus Hamzah, antara
                                                   lain mengemukakan bahwa masalah perkawinan adalah merupakan
                                                   masalah nasional dan harus dilihat dari segi kepentingan nasional
                                                   secara keseluruhan, sehingga dapat mendekati obyektivitas dalam
                                                   pembahasannya sorta dapat dihindari subyektivitas yang sempit.
                                                   Masalah perkawinan selain merupakan masalah pribadi, juga
                                                   mempunyai tempat yang penting dalam agama, keluarga, marga, suku,
                                                   rumpun dan sebagainya sorta bertitik tolak dari ikatan lahir batin
                                                   antara seorang pria dan seorang wanita untuk membontuk keluarga.
                                                   Dalam membahas RUU Perkawinan ini Fraksi ABRI memintakan
                                                   perhatian tentang generasi baru dan perlunya jaminan agar calon
                                                   suami/isteri telah matang fisik maupun mentalnya sehingga dapat
                                                   mewujudkan tujuan perkawinan secara balk tanpa berakhir dengan
                                                   perceraian.
                                                           Menurut F-ABRI, catatan sipil atau pencatat perkawinan,
                                                   selain sebagai unsur penting untuk data statistik juga memberikan





                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   165
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab III.indd   165                                                                                         11/21/19   18:10
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176