Page 495 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 495

DPR MENGHAD API  TANTANGAN NA SIONAL  D AN
                                                                        GL OB AL  HINGGA  MA S A   AKHIR ORDE B AR U
                                                                                                      1992 – 1998


                                                         Presiden Soeharto sejak awal menjalankan suatu model
                                                   kepemimpinan sangat khas, yang merupakan hasil penjumlahan dari:
                                                   (1) Cara berpikirnya yang sangat Jawa; (2) Kapabilitasnya yang tak
                                                   terbantahkan sebagai seorang perwira militer yang cakap dan kaya
                                                   pengalaman lapangan; (3) Kecanggihannya sebagai aktor politik dalam
                                                   melakukan manajemen kekuasaan, sebagaimana ditulis Eep Saefulloh
                                                   Fatah dalam ‘Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia’. 350


                                                   7.1. Peranan Golkar

                                                         Peran Golkar sebagai kendaraan politik Orde Baru juga tidak bisa
                                                   dipandang sebelah mata. Menurut Harold Crouch dalam buku “The
                                                   Army and Politics in Indonesia ”, hasil pemilu tahun 1971 menunjukkan
                                                   besarnya dukungan rakyat terhadap Golkar, hal tersebut berdampak
                                                   drastis  pada  menurunnya  minat  dan  keinginan  dari  organisasi-
                                                   organisasi sipil yang cukup terorganisir untuk berdiri sebagai oposisi
                                                   terhadap rezim yang berkuasa.  Tak cukup dengan menggandeng
                                                                                 351
                                                   ABRI  dan  menggunakan  Golkar  sebagai  kendaraan  politik  utama
                                                   dalam membangun kehidupan politik nasional. Presiden Soeharto
                                                   juga mengambil langkah untuk merubah tata tertib (tatib), yang
                                                   menempatkan DPR dan MPR sebagai institusi politik yang sepenuhnya
                                                   berada di bawah pengawasannya.
                           Peran Golkar                  Hak-hak yang dimiliki Soeharto sebagai kepala negara di

                   sebagai kendaraan               antaranya adalah menunjuk seperlima anggota DPR dan tiga per lima
                     politik Orde Baru             anggota MPR. Tata tertib yang mengenai pembagian kursi DPR dan
                                                   MPR tersebut sangat membatasi peran politik dari Partai Demokrasi
                         juga tidak bisa           Indonesia (PDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), serta
                              dipandang            hanya menguntungkan Golkar yang tentu saja menjamin berlanjutnya

                         sebelah mata.             dominasi pemerintahan Orde Baru yang mengabaikan pandangan
                                                   mayoritas publik.  Sebagai upaya dari konsolidasi dan penyeragaman
                                                   ide, akhirnya pada tahun 1969 melalui Keputusan Nomor 107 tahun
                                                   1969 Pengurus Pusat Sekber Golkar memberikan mandat kepada
                                                   ketua umum untuk melakukan restrukturisasi Sekber Golkar. Hasil
                                                   restrukturisasi pada Oktober tahun 1969, adalah Sekber Golkar
                                                   melakukan reorganisasi dengan mem buat tujuh Kelompok Induk
                                                   Organisasi (KINO), diantaranya SOKSI, KOSGORO, MKGR, Profesi,
                                                   Ormas Hankam, dan Karya Pembangunan. Organisasi-organisasi

                                                   350 Eep Saefulloh Fatah, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
                                                      1994)
                                                   351   Harold Crouch, “The Army and Politics in Indonesia, Singapore: Equinox Publishing, 1998 hlm.
                                                      347




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   495
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Buku 4 Bab VII CETAK.indd   495                                                                           11/22/19   6:06 AM
   490   491   492   493   494   495   496   497   498   499   500