Page 204 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 204

WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA
                                                                                                         (1959-1966)





                  ri pangkat menteri. Kemudian, tidak perlu lagi
                  digunakan  panggilan  “Yang  Mulia  Ketua”,  te-
                  tapi cukup menggunakan panggilan “Saudara              Atas anjuran
                  Ketua” .
                                                                         sementara pemimpin,

                  Dalam rapat pleno ini terjadi aksi pendudukan          Presiden Soekarno
                  DPR-GR oleh mahasiswa. Pada waktu itu, Ke -            bermaksud
                  tua Presidium KAMI, Cosmas Batubara, berbi-
                  cara di depan 160 anggota dari 230 anggota             membubarkan MPRS
                  DPR-GR,  serta  menyampaikan  Nota  Politik            dan DPR-GR sebagai
                  KAMI. Nota politik ini pada intinya memperta-
                  nyakan  dasar  Presiden  mengangkat  anggota           realisasi pelaksanaan
                  DPR-GR dan menentukan jumlahnya. Nota itu              UUD 1945 secara murni
                  juga mempertanyakan dasar Presiden menun-
                  juk  Ketua  DPR  jika  lembaga  tersebut  dipilih      dan konsekuen, yaitu
                  oleh rakyat. Pertanyaan lain adalah dasar Pre -        dengan pertimbangan
                  siden menghentikan dengan hormat para ang-
                  gota DPR seperti yang tercantum dalam Pasal            pelaksanaan UUD 1945
                  8 Penetapan Presiden No. 4/1960.                       harus dimulai dengan


                  Panitia Politik DPR-GR akhirnya menghasilkan           pembentukan Komite
                  sebuah Resolusi DPR-GR RI yang berisi “Sum-            Nasional.
                  bangan Pikiran untuk Dijadikan Acara Pokok
                                                  .
                  dalam Sidang Umum ke-IV MPRS” Resolusi ini
                  disahkan oleh DPR-GR pada 9 Juni 1966. Pada
                  pendahuluan  surat  tersebut,  dikemukakan
                  tentang kedudukan Surat Perintah 11 Maret sebagai kunci pembuka
                  babak baru dalam sejarah Revolusi Indonesia. Hal tersebut meru -
                  pakan suatu momentum bersejarah yang menentukan jalan sejarah
                  selanjutnya bagi Revolusi Pancasila di Indonesia.


                  Atas  anjuran  sementara  pemimpin,  Presiden  Soekarno  bermaksud
                  membubarkan MPRS dan DPR-GR sebagai realisasi pelaksanaan UUD
                  1945 secara murni dan konsekuen, yaitu dengan pertimbangan pelak-
                  sanaan UUD 1945 harus dimulai dengan pembentukan Komite Nasi-
                  onal. Hal ini berarti bahwa “Sebelum MPRS, DPR dan DPA dibentuk
                  menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh
                  presiden  dengan  bantuan  Komite  Nasional  Pusat”  (Pasal  IV  Aturan
                  Peralihan UUD 1945).


                  Berbeda dengan pendirian Presiden Soekarno yang dapat menerima
                  anjuran untuk membubarkan MPRS, DPR-GR, dan DPA untuk kembali





                    dpr.go.id                                                                               197
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209