Page 212 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 212

WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA
                                                                                                         (1959-1966)





                  Untuk memperoleh gambaran yang agak jelas bagaimana mengatasi
                  suatu  persoalan  yang  timbul  sebagai  akibat  adanya  kondisi-kondi-
                  si yang kurang menguntungkan, dilakukan pertemuan antara Panitia
                  Musyawarah  yang  dipimpin  langsung  pimpinan  DPR-GR  dan  Ketua
                  Presidium/Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Inti dari
                  pertemuan itu terdapat enam poin.


                  Pertama, menyadari akan adanya tanggung jawab yang sama antara
                  BP-MPRS  dan  DPR-GR  sesuai  dengan  yang  dimaksud  dalam  UUD
                  1945, antara lain wewenang, batas-batas hak pengawasan dalam hu-
                  bungannya dengan Keputusan-keputusan/Ketetapan MPRS yang me-
                  nurut Tata Tertib MPRS, Badan Pekerja MPRS mempunyai pula fungsi
                  kontrol terhadap pekerjaan pemerintah. Karena itu, perlu adanya per-
                  temuan-pertemuan  yang  bersifat  konsultatif  antara  kedua  Pimpinan
                  Lembaga (Pimpinan MPRS dan Pimpinan DPR-GR). Konsultatif ini di-
                  maksudkan  untuk  mengadakan  pembagian  tugas  dalam  mengawasi
                  ketetapan-ketetapan MPRS.

                  Kedua, Ketua Presidium Kabinet sebagai Pembantu Presiden/ Kepa-
                  la Eksekutif akan menampung dan menanggapi segala persoalan ke-
                  negaraan  dan  akan  selalu  berkonsultasi  dengan  pimpinan-pimpinan
                  MPRS dan DPR-GR. Hasil dari pertemuan segitiga ini kemudian akan
                  dibawa kepada Kepala Eksekutif/Presiden untuk dibicarakan dan di-
                  musyawarahkan.

                  Ketiga,  jika  usaha  kedua  gagal,  baru  Ketua  Presidium  Kabinet  akan
                  mempersilakan kepada Pimpinan MPRS dan Pimpinan DPR-GR ber-
                  musyawarah langsung dengan Kepala Eksekutif/Presiden, sedangkan
                  dalam pertemuan semacam ini Ketua Presidium Kabinet akan menem-
                  patkan diri sebagai Pembantu Presiden.


                  Keempat, apabila jalan ketiga masih gagal, baru dalam keadaan demi-
                  kian sebagai senjata terakhir untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ke-
                  negaraan kepada MPRS dipersilakan mengadakan sidang atas pang-
                  gilan sidang (Sidang Istimewa) oleh DPRGR maupun atas keputusan
                  Badan Pekerja MPRS untuk mengadakan sidang umum.


                  Kelima, MPRS sebagai instansi terakhir dalam hal turun tangan meng-
                  atasi kesulitan-kesulitan kenegaraan hanya akan mengadakan sidang-
                  nya  setelah  instansi-instansi  yang  lebih  rendah  sudah  tidak  dapat
                  mengatasinya






                    dpr.go.id                                                                              205
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217