Page 110 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 110

102    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             mengalami jalan buntu, karena masyarakat tetap mempertahankan tanahnya untuk tidak
             dikuasai oleh korporasi.
                  Hingga kini upaya penyelesaian konflik agraria di Telukjambe, Karawang yang dipra-
             karsai oleh Pemerintah selalu gagal. Misalnya rencana pengembalian lahan dari PT Pertiwi

             Lestari kepada petani yang diprakarsai pemerintah lewat Menteri ATR/BPN atau   Agraria
             dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dianggap tidak mengakomodir semua pihak.
             Hal ini karena pada pertemuan dengan PT Pertiwi Lestari dan Pemkab Karawang 3 Mei 2017

             lalu, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil menyampaikan masyarakat yang akan mendapatkan
             lahan  untuk  pemukiman  hanya  97  kepala  keluarga  saja.  Padahal  jumlah  kepala  keluarga
             yang tergusur akibat konflik agraria ini berjumlah 600 kepala keluarga.
                  Yang menarik dalam kasus ini adalah, terlihat jelas adanya pihak yang memiliki keku-

             atan besar dan berkepentingan terhadap lahan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
             tersebut.  Jika  sengketa  ini  hanya  melibatkan  antara  masyarakat  dan  perusahaan  sebagai
             pemenang,  sepertinya  tidak  terlalu  sulit  untuk  mencari  solusi  sebagai  jalan  keluar  dari
             konflik lahan yang berkepanjangan ini. Karena berdasarkan observasi lapangan, pihak peru-

             sahaan juga bersedia memberikan uang kerohiman pada masyarakat, dan menurut kuasa
             hukum  pemenang  lahan  yang  bersengketa  itu  banyak  warga  yang  berkeinginan  untuk
             menyelesaikan masalah secara damai. Namun, upaya ini terkendala dengan adanya intimi-

             dasi dan provokasi terhadap warga yang mau menyelesaikan persoalan secara damai. Tidak
             salah jika ada yang beranggapan gerakan perlawanan ini dimotori oleh kekuatan besar yang
             memiliki kepentingan besar juga dibalik kasus ini. Itu dapat terlihat dengan mobilisasi masa
             dalam  jumlah  besar  yang  berusaha  untuk  dibenturkan  dengan  aparat  keamanan  saat

             eksekusi lahan, serta bangunan opini yang dibuat gaduh seolah-olah kasus ini akan meledak
             besar seperti kasus Mesuji di Lampung.
                  Makalah ini akan menyoroti konflik laten di bidang kebijakan pertanahan dengan studi
             kasus sengketa tanah di Teluk Jambe Karawang dengan menggunakan pendekatan kebija-

             kan  public  dan  sosio  legal.  Analisis  akan  difokuskan  pada  bagaimana  status  kepemilikan
             tanah di Teluk Jambe Karawang yang menyebabkan terjadinya konflik laten antara masya-
             rakat dan korporasi. Selain itu akan dianalisis bagaimana penegakan hukum putusan penga-

             dilan dalam kasus sengketa tanah di Teluk Jambe dan mengapa masyarakat menolak kepu-
             tusan  pengadilan.  Melalui  kajian  ini  diharapkan  akan  diperoleh  solusi  strategis  untuk
             menyelesaikan kasus konflik laten di bidang pertanahan yang terjadi di Teluk Jambe dan di
             berbagai daerah lainnya.


             B. Akar Konflik dan Perkembangannya
                  Konflik  pertanahan  dapat  diartikan  sebagai  konflik  yang  lahir  sebagai  akibat  adanya

             hubungan  antar  orang  atau  kelompok  yang  terkait  dengan  masalah  bumi  dan  segala
             kekayaan alam yang terdapat di atas permukaan maupun di dalam perut bumi. Istilah seng-
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115