Page 114 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 114

106    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



                  Argumen  BPN  memberikan  sertifikat  kepada  sebagian  masyarakat,  karena  putusan
             peradilan yang memenangkan masyarakat secara perseorangan. Artinya, Putusan MA No.
             695/K/PDT/2009 bertentangan dengan putusan peradilan lainnya yang sudah inkrah, yaitu
             Putusan PK No. 316 PK/PDT/2007 antara PT. SAMP dan BPN melawan Nani Binti Tarmu-

             din.  Putusan  ini  memenagkan  Nani  Binti  Tarmidin,  Perkara  PK  No.  499/PK/Pdt/2005
             antara  PT.  SAMP  dan  BPN  melawan  Agus  Sugito  yang  dimenangkan  Agus  Sugito,  dan
             Perkara  Pidana  No.  08/Pid/2009/PN.  Krw  tanggal  24  Februari  2009.  Putusan  No.

             08/Pid/2009/PN. Krw ini muncul karena PT. SAMP melaporkan Udam Muhtadin pemilik
             sertifikat di atas di sebagian tanah seluas 350 ha, Udam Muhtadin menang dalam perkara
             tersebut.
                  Kemenangan  PT.  SAMP  dalam  Putusan  MA  No.  695/K/PDT/2009  ini  terindikasi  ada

             kebohongan  yang  dilakukan  oleh  para  pihak  yang  berperkara.  Diantaranya,  PT.  SAMP
             menyatakan  telah  melakukan  pembebasan  atas  tanah  seluas  350  ha  kepada  masyarakat.
             Faktanya, sampai saat ini masyarakat yang menguasai tanah tersebut tidak pernah merasa
             melepaskan tanah mereka kepada PT. SAMP. Di samping itu, sampai saat ini masyarakat

             tetap  membayar  pajak  atas  tanah  garapannya  tersebut.  PT.  SAMP  juga  mengklaim  telah
             menguasai tanah tersebut, faktanya masyarakat yang sampai saat ini menguasai tanah itu,
             bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang memiliki sertifikat.

                  Putusan MA No. 695/K/PDT/2009 ini terjadi karena pengadilan tidak melakukan tinjau
             lapangan  (plaatsopneming),  serta  menggunakan  alat  bukti  berupa  Peta  Persil  dan  Peta
             Bidang  dari  obyek  tanah  seluas 350  ha  yang  diduga  palsu.  Sebab  terdapat  dua peta  yang
             dikeluarkan  dalam  waktu  yang  sama  yaitu  20  September  2005,  instansi  yang  sama  yaitu

             Kanwil BPN Jawa Barat, namun gambar yang berbeda. Dalam Peta yang ditunjukan oleh
             pihak  PT.  SAMP  di  pengadilan,  tidak  menggambarkan  peta  rinci  yang  menggambarkan
             bidang-bidang  tanah  milik  masyarakat,  sementara  dalam  peta  yang  dijadikan  acuan  oleh
             BPN  Karawang  untuk  mengeluarkan  sertifikat,  terdapat  peta  rinci  yang  menunjukan

             bidang-bidang tanah yang digarap oleh masyarakat.
                  Selain  itu,  dalam  persidangan  PT.  SAMP  tidak  memiliki  dokumen  lain  sebagai  bukti
             kepemilikan  mereka,  hanya  menunjukan  Akta  Perjanjian  Oper  Garap  yang  dibuat  oleh

             Notaris Muljani Syafei, SH, Surat Pelepasan Hak dari PT. Dasa Bagja kepada PT. Makmur
             Jaya  Utama,  walaupun  SPH  tersebut  terjadi  kesalahan  orang  dan  subjek  yang  dioperkan.
             Artinya,  yang  melakukan  pengoperan  garapan  bukan  orang  yang  sebenarnya  menggarap
             dan  menguasai  tanah  tersebut,  dan  objek  tanah  yang  dioperkan  juga  tidak  jelas  batas-

             batasnya.
                  Putusan  MA  No.  695/K/PDT/2009,  salah  satu  yang  dijadikan  bukti  oleh  PT.  SAMP
             adalah Peta Bidang Tanah seluas 350 ha, termasuk di dalamnya ada tanah-tanah pihak lain

             yang sudah bersertifikat, seperti tanah milik Udan Muhtadin Bin Aman yang coba dirampas
             oleh PT. SAMP tetapi PT. SAMP kalah dipengadilan (Perkara Pidana No. 08/Pid/2009/PN.
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119