Page 118 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 118

110    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             lemah.  Masyarakat pemilik  tanah  sering  dijadikan  korban  oleh  korporasi  sebagai pemilik
             modal  seringkali  berkolaborasi  dengan  aparat  Negara.  Ciri  negara  yang  kuat  adalah
             tingginya kontrol sosial dalam semua bidang kehidupan (the overall level of social control is
             high). Keadaan negara yang kuat menghasilkan struktur masyarakat yang elitis (pyramidal).

                  Kompleksitas  kebijakan  pertanahan  dan  penegakan  hukumnya  menjadi  persoalan
             serius dalam konflik tanah di Telukjambe, hal ini didasarkan pada fungsi tanah yang sangat
             strategis  dalam  menunjang  aktivitas  kemajuan  ekonomi,  sosial,  budaya,  teknologi  dan

             informasi.  Dengan  demikian  harus  ada  kemauan  dan  komitmen  bersama  untuk  mencari
             solusi alternative konflik pertanahan di Teluk Jambe Karawang yang telah memakan banyak
             korban jiwa. Misalnya, pecahnya konflik fisik antara petani dengan pihak perusahaan yang
             mencoba  merangsek  lahan  garapan  pada  Oktober  2016  pun  menjadi  puncaknya.  Belasan

             warga ditahan sementara ratusan lainnya memilih mencari suaka ke Jakarta untuk menye-
             lamatkan diri karena takut diburu oleh aparat.
                  Putusan hakim sebagai Ultimum remedium (jalan terakhir) dalam sengketa pertanahan
             di  Telukjambe  seharusnya  korporasi  dan  masyarakat  pemilik  tanah  wajib  melaksanakan

             putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, karena posisinya sebagai hukum dalam
             kasus  konkrit.  Subtansi  putusan  pengadilan  terkait  kepemilikan  tanah  di  Teluk  Jambe
             Karawang  memang  bertentangan  dengan  rasa  keadilan  masyarakat.  Masyarakat  pemilik

             tanah  yang  secara  turun  temurun  menempati  dan  memiliki  tanah  tiba-tiba  harus  mele-
             paskan haknya hanya oleh sebuah putusan pengadilan yang ditengarai penuh dengan kon-
             spirasi.  Yang  paling  aneh  adalah  Putusan  Mahkamah  Agung  tanggal  11  September  2009
             dengan  Putusan  No.  695/K/PDT/2009.  Putusan  ini  memberikan  hak  kepada  PT.  SAMP

             untuk  menguasai  tanah  seluas  350  ha  di  Kecamatan  Telukjambe  Barat  Kabupaten  Kara-
             wang,  namun  putusan  tersebut  tanpa  didukung  dengan  bukti  kepemilikan  apapun  yang
             disampaikan oleh PT. SAMP. Padahal, di atas tanah seluas 350 ha itu terdapat tanah-tanah
             milik  masyarakat  baik  yang  sudah  bersertifikat  maupun  yang  masih  proses  pembuatan

             sertifikat  di  BPN.  Dengan  demikian  masyarakat  merasa  dirugikan  dan  menolak  putusan
             tersebut. Perlawanan masyarakat yang kian massif menyebabkan berbagai upaya penyele-
             saian konflik tanah di Telukjambe makin jauh dari kenyataan, meskipun Presiden Jokowi

             telah menjajikan untuk menyelesaikan secepatnya.

             2.  Saran
                  Patut  diketahui  bersama  bahwa  Karawang  adalah  daerah  pengembangan  industri,

             sehingga  kalau  kasus  ini  terus  dibiarkan,  akan  mengganggu  iklim  investasi  akibat  dari
             ketidaktegasan pemerintah, dan masih lemahnya penegakan hukum pertanahan.
                  Maka Pemerintah dalam hal ini Presiden Republik Indonesia, harus melakukan teguran

             keras kepada Kepala BPN, Kalpori, Kejaksaan Agung, dan Mahkamah Agung, agar melak-
             sanakan  proses  peradilan  dengan  benar  tanpa  adanya  diskriminasi  dan  praktek  ketidak-
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123