Page 252 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 252

244    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             bahwa sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Kata “teratur” yang dimaksud menunjukkan
             bahwa  semua  kegiatan  harus  berlandaskan  kepada  peraturan  perundang-undangan  yang
                    8
             sesuai.
                  Tujuan dari adanya kegiatan pendaftaran tanah adalah untuk dapat diperoleh kepastian

             hukum  akan  suatu  hak  atas  tanah  bagi  pemegang  haknya  juga  untuk  kepentingan  pe-
             mungutan pajak. Dengan adanya suatu pendaftaran tanah yang efektif akan memudahkan
             pihak  pemegang  haknya  dengan  mudah  membuktikan  hak  atas  tanah  yang  dimiliki  dan

             mengetahui hal-hal yang perlu diketahui mengenai tanah yang dihadapinya. Namun saat ini
             yang terjadi dalam praktek adanya pendaftaran hak atas tanah justru dapat menimbulkan
             keadaan yang sebaliknya karena cukup sering terjadi walaupun haknya sudah didaftarkan
             dirasakan belum adanya kepastian hak atas tanah, karena adanya gugatan dari pihak ketiga

             yang juga mendalilkan bahwa ia juga berhak atas tanah yang sama. Kejadian yang demikian
             sudah sering terjadi dalam praktek pengadilan dan dapat menimbulkan kesan yang negatif
             terhadap program pendaftaran tanah itu sendiri. Yang lebih parah lagi adalah timbulnya dua
             atau lebih sertipikat tanda bukti hak atas tanah yang sama, sehingga timbul suatu penilaian

             bahwa pendaftaran hak atas tanah yang dilaksanakan selama ini tidak menimbulkan kepas-
             tian hukum akan tetapi justru yang timbul adalah kekacauan hukum.
                  Salah satu tujuan pokok Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

             Pokok-pokok Agraria, (Undang-undang Pokok Agraria, selanjutnya disebut “UUPA”) adalah
             meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
             bagi seluruh rakyat. Dasar-dasar ini dicantumkan dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38 UUPA. Pasal
             19 UUPA mewajibkan pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh

             Indonesia.
                  Dalam rangka mewujudkan kepastian hukum mengenai penyelenggaraan pendaftaran
             tanah, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
             Pendaftaran Tanah sebagai peraturan pelaksanaan dari Pasal 19 UUPA.

                  Sertipikat hak atas tanah merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi pemilik hak atas
             tanah, yang dapat berupa perorangan, badan hukum, lembaga, atau instansi lainnya. Pem-
             buatan  dan  penerbitan  sertipikat  tanah  merupakan  salah  satu  rangkaian  kegiatan  pelak-

             sanaan pendaftaran tanah di Indonesia sebagaimana diatur dan ditentukan dalam UUPA dan
             PP Nomor 24 Tahun 1997, yang ditujukan untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi
             pemegang hak atas tanah. Disamping itu adanya pendaftaran tanah yang dilaksanakan secara
             tertib dan teratur menjadi salah satu perwujudan pelaksanaan catur tertib pertanahan, yakni:

             1. Tertib hukum pertanahan; 2. Tertib administrasi pertanahan; 3. Tertib penggunaan tanah;
             dan 4. Tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup dalam UUPA yang merupakan dasar
             pokok pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 UUPA, meliputi:




                  8  Boedi Harsono, op.cit, hlm 63-64
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257