Page 253 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 253

Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo: Problematika dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah ...     245


             1.  Untuk  menjamin  kepastian  hukum  oleh  pemerintah  diadakan  pendaftaran  tanah  di
                seluruh  wilayah  Republik  Indonesia  menurut  ketentuan  yang  diatur  dalam  Peraturan
                Pemerintah;
             2.  Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi :

                a.  Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah;
                b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
                c.  Pemberian surat-surat tanda bukti yang berlaku sebagai pembuktian yang kuat.

             3.      Pendaftaran  tanah  dilakukan  dengan  mengingat  keadaan  negara  dan  masyarakat,
                keperluan  lalu  lintas  ekonomi  serta  kemungkinan  penyelenggaraanya  menurut
                pertimbangan Menteri Negara.
                  Selama  ini  masih  ada  kesan  bahwa  untuk  memperoleh  sertipikat  hak  atas  tanah  itu

             prosesnya  berbelit-belit  dan  memakan  waktu  yang  lama  dan  biaya  sangat  mahal.  Secara
             objektif diakui tata cara memperoleh sertifikat hak atas tanah terikat dengan aturan birokrasi
             dan dirasakan cukup berbelit-belit oleh orang awam. Hal tersebut yang menyebabkan timbul
             rasa enggan untuk mengurus sertipikat hak atas tanah, kecuali bilamana benar-benar men-

             desak dan dibutuhkan. Penyebab berbelit-belitnya birokrasi perolehan sertipikat katakanlah
             disebabkan kehati-hatiannya Kantor Pertanahan dalam melakukan penerbitan, tetapi kenya-
             taannya  masih  juga  terdapat  sertipikat  tanah  yang  tumpang  tindih,  atau  1  bidang  tanah

             terdapat 2 atau lebih sertipikat dengan nama yang berbeda.
                  Selain itu juga dalam pendaftaran tanah sering juga dirasakan bahwa jumlah biaya yang
             harus dikeluarkan, tenaga, dan waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan pensertipikatan
             hak atas tanah kadang kala tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh dengan dilaku-

             kannya  pensertipikatan.  Dengan  banyaknya  permasalahan  dalam  pendaftaran  tanah,  se-
             hingga perlu  juga  dilakukan  beberapa  upaya  agar  dapat  melakukan  pemecahan  masalah-
             masalah yang terjadi dalam pendaftaran tanah.
                  Upaya  yang  dimaksud  antara  lain  dengan  melibatkan  kerjasama  yang  baik  antara

             pemerintah  dengan  pemegang  hak  atas  tanah.  Agar  masyarakat  tidak  lagi  menganggap
             bahwa proses pendaftaran tanah bukan merupakan proses yang sulit, biaya nya mahal dan
             prosedurnya berbelit-belit. Yang cukup sering terjadi, meskipun aturan jangka waktu terbit

             sertipikat adalah 3 bulan namun dalam praktek cukup sering terjadi sertipikat baru dapat
             terbit paling cepat 6 bulan, bahkan sampai dengan 1 tahun. Banyak masyarakat yang masih
             menganggap bahwa untuk dapat memperoleh sertipikat sebagai bukti hukum yang kuat atas
             kepemilikan tanah harus melalui proses yang bertele-tele.

                  Badan Pertanahan Nasional (BPN) sendiri bahkan mengakui hanya mampu menargetkan
             bahwa seluruh tanah di Republik ini baru akan bersertipikat semuanya pada tahun 2028 (dua
             ribu dua puluh delapan). Itu artinya, berarti BPN masih membutuhkan waktu kurang lebih

             11 (sebelah) tahun lagi agar tiap-tiap bidang tanah di Indonesia terdapat bukti hak nya. Sam-
             pai dengan saat ini, dari seluruh bidang tanah yang ada di Indonesia, baru sekitar 49% (empat
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258