Page 256 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 256

248    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             dijual tidak dalam sengketa. (2) Syarat yang dipersiapkan pihak pembeli, antara lain: a) Kartu
             Tanda Penduduk (KTP); b) Kartu Keluarga (KK); c)  Uang untuk pembayaran yang dapat
             dilakukan secara tunai di hadapan PPAT.
                  Apabila syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi semua, maka Penjual dan Pembeli harus

             menyerahkan  persyaratan  tersebut  kepada  PPAT  dan  selanjutnya  PPAT  akan  memproses
             transaksi Jual Beli hak atas tanah dengan membuatkan Akta Jual Beli   (AJB) antara pihak
             penjual dan pihak pembeli.

                  Berdasarkan pada Pasal 37, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaf-
             taran Tanah, AJB merupakan dokumen yang menjadi bukti sah bahwa adanya peralihan hak
             atas tanah dari pemilik selaku Penjual beralih kepada Pembeli sebagai pemilik baru.
                  Dalam tahap ini permasalahan yang sering terjadi adalah pada saat dilakukan penge-

             cekan sertipikat di Kantor Pertanahan setempat, buku tanah tidak berada di tempat/sedang
             dicari; pada saat pengumpulan dokumen dari para pihak terjadi kekurangan data, misalnya :
             akta perjanjian perkawinan belum didaftar, jual beli atas harta anak yang di bawah umur,
             sehingga terlebih dahulu harus ada penetapan pengadilan yang memakan waktu lama dan

             biaya yang besar, surat keterangan waris belum ada (dalam hal jual beli yang dilakukan oleh
             ahli waris), proses turun waris yang harus dilakukan sebelum penandatanganan jual beli, KTP
             sudah tidak berlaku, dan sebagainya.


             C. Dalam Pendaftaran Peralihan Hak
                  Setelah  dilakukannya  penandatanganan  AJB,  dilakukan  validasi  terhadap  PPh  dan
             BPHTB, yang mana proses validasi tersebut dalam praktek cukup memakan waktu karena

             harus dilakukan pengecekan secara langsung atas obyek jual beli. Selanjutnya setelah proses
             validasi  dilakukan,  PPAT  menyerahkan  berkas-berkas  AJB  ke  Kantor  Pertanahan  untuk
             keperluan balik nama sertipikat menjadi nama pembeli selaku pemilik baru atas tanah terse-
             but. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1

             Tahun 2010, proses perubahan hak atas tanah/proses balik nama sertifikat hak atas tanah
             akan diuraiakan sebagai berikut:
                  Setelah membuat Akta Jual Beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas Akta Jual Beli dan

             kelengkapan  dokumen  ke  Kantor  Pertanahan,  untuk  keperluan  balik  nama  sertipikat,
             selambat-lambatnya dalam 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatanganinya Akta Jual Beli tanah
             tersebut.
                  Adapun berkas-berkas yang harus diserahkan ke Kantor Pertanahan untuk melakukan

             proses balik nama, antara lain sebagi berikut:
                (i)   Surat Pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 (dua).
                (ii)  Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli atau Kuasanya jika

                      dikuasakan.
                (iii)  Asli dan Fotokopi Sertifikat Hak atas tanah.
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261