Page 117 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 117

Penetapan peraturan  tersebut  merupakan respons dari  pemerintah
          terhadap terancamnya daya dukung lingkungan sebagai akibat dari
          degradasi dan alih  fungsi lahan  pertanian. Selama beberapa  tahun
          berjalan, LP2B ternyata belum cukup memadai untuk memberikan
          perlindungan  terhadap lahan  pertanian.  Hal  itu  didasarkan  pada
          data dalam  seminar  nasional  yang diselenggarakan oleh  Pusat
          Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian  Agraria  dan
          Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada tanggal 21 September
          2023, bahwa di Indonesia telah terjadi penurunan kuantitas kawasan
          pertanian secara nasional berkisar antara 60.000 s.d. 80.000 hektar/
          tahun atau jika dihitung dalam satuan harian menjadi sekitar 165 s.d.
          220 hektar/hari. Guna menanggulangi hal tersebut, langkah terobosan
          yang diambil  pemerintah adalah dengan  menetapkan  Peraturan
          Presiden  Nomor  59  Tahun 2019  tentang  Pengendalian  Alih Fungsi
          Lahan Sawah, yang akhirnya bermuara pada penetapan Lahan Sawah
          yang Dilindungi (LSD). Berbagai kebijakan terkait LP2B maupun LSD
          keduanya  berorientasi pada urgensi  dari  pengendalian  alih  fungsi
          lahan  pertanian sebagai salah satu strategi  peningkatan  kapasitas
          produksi  pertanian nasional.  Dengan kata lain, kedua  peraturan
          tersebut berfokus untuk membatasi alih fungsi lahan pertanian guna
          menjaga ketahanan pangan.

             Di  satu  sisi, jumlah  penduduk  di Indonesia  terus meningkat
          setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia (2023),
          jumlah penduduk di Indonesia telah meningkat sebanyak 12 juta jiwa
          dalam kurun waktu 2019 s.d. 2023. Peningkatan tersebut memberikan
          problematika  tersendiri  terutama  dalam hal  ketersediaan lahan
          untuk permukiman, yang keberadaannya stagnan bahkan cenderung
          berkurang.  Jika  ditinjau  dari  perspektif  daya  dukung  dan  daya
          tampung lingkungan,  kondisi  tersebut berpotensi menimbulkan
          ketimpangan  sebagai akibat dari  terus  menyusutnya  ketersediaan
          tanah. Guna menjawab ketimpangan tersebut, Pemerintah Republik
          Indonesia melalui Kementerian  Agraria  dan  Tata Ruang/Badan
          Pertanahan Nasional  (yang  selanjutnya  disebut  Kementerian  ATR/


          102   Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
                untuk Mewujudkan Suistainable Development Goals
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122