Page 81 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 81

perundang-undangan agraria sesuai dengan kepentingan petani dan
            rakyat, dan oleh karena itu kabinet memandang perlu mengangkat
            seorang Menteri Urusan Agraria yang akan diserahi tugas khusus
            tersebut.  Dari dokumen-dokumen tentang perjalanan pembentukan
                     49
            kelembagaan itu juga bisa ditarik kesimpulan, keluarnya Keppres
            No. 5/1955 adalah kebijakan politik cukup penting dalam menata
            kelembagaan agraria dan politik hukum agraria nasional. Setidaknya,
            Keppres tersebut memberikan ruang dan harapan konkrit terhadap
            upaya merawat amanah yang dititipkan oleh “pendiri” negara tentang
            mimpi dan cita-cita memiliki hukum nasional agraria.

                 Segera setelah terbentuk Kementerian Agraria lewat Keppres
            No.5/1955, tugas-tugas dan wewenang diserahkan kepada lembaga
            tersebut, sejak itu pula Menteri Agraria baru mengeluarkan Surat
            Keputusan Menteri Agraria No. Sk.35/Ka. Surat yang ditandatangani
            oleh Menteri Agraria R. Goenawan ini berlaku mulai 1 Februari 1956,
            surat keputusan menteri tersebut tentang Penetapkan Lapangan
            Pekerjaan dan Susunan Jawatan (pemerintahan) Agraria. Tugas Kepala
            Daerah dan Jawatan Agraria mengawasi pelaksanaan perundang-
            undangan Agraria dan pekerjaan Kantor Agraria di daerah, serta
            memimpin dan memberi petunjuk kegiatan-kegitan. Kepala Jawatan
            berkoordinasi dengan pimpinan harian teknis dan administrasi,
            dibantu seorang Kepala Muda Jawatan.
                 Jawatan terdiri atas Pusat Jawatan, Kantor Inspeksi Agraria
            Provinsi, Kantor Pengawas Agraria Karesidenan, Kantor Agraria
            Daerah Tingkat I/II. Pusat Jawatan terdiri atas hak tanah perkebunan/

            pertanian, hak Barat, hak Indonesia, Tanah negara, Tanah Partikelir,
            Agraria Umum, dan Tata Usaha. Hak tanah perkebunan/ pertanian
            ditugasi mengawasi perizinan menduduki kembali atau meninjau persil
            perkebunan besar oleh pemilik semula, pembatalan dan menghentikan
            hak konsesi, pembaharuan hak konsesi, dan konversi dari pertanian
            kecil menjadi pertanian besar. Hak Barat bertugas memberi eigendom,
            opstal, erfpacht, konsesi, recht van gebruik, menutut pendapat dan


                 49 Yance Arizona, Op.Cit., hlm. 60-61.


            50      Kelembagaan
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86