Page 85 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 85

Seperti pada panitia sebelumnya, perubahan-perubahan atau
            pergantian personil juga terjadi dalam kepanitiaan ini. Atas permintaan
            sendiri, Kyai Mustain berhenti sebagai anggota dan digantikan oleh
            Mr. A.S. Soripada, pengacara di Pontianak.  Demikian pula Mr. Moh.
                                                      52
            Nasroen digantikan oleh I.J. Kasimo dari Partai Katolik  dan terakhir
                                                                  53
            A.J. Roeslan yang mengundurkan diri karena pensiun digantikan
            oleh Syahruddin Sutan Pamuntjak perwakilan dari petani.  Diluar
                                                                       54
            15 anggota masih terdapat sekretariat yang diisi oleh para pegawai
            dari biro Perundangan-undangan Urusan Politik dan Perencanaan
            serta Sekretariat kementerian sebagai pembantu sekretaris. Tentang
            posisi ketua yang dijabat oleh Sekretaris Jenderal Kementrian Agraria
            dimaksudkan supaya pekerjaan Panitia Agraria berada langsung di

            dalam kontrol sekaligus pengawasan pimpinan kementeria. Tentu saja
            persoalan koordinasi menjadi lebih mudah, apalagi dalam Keppres
            tersebut segala pendanaan yang dikeluarkan oleh panitia dibebankan
            kepada anggaran Kementerian Agraria.
                 Panitia Agraria memiliki beberapa pedoman untuk melakukan
            kerja-kerja yang telah disampaikan oleh ketua dalam suratnya kepada
            para anggota tanggal 31 Januari 1956 No. 2/PA/56. Pedoman dimaksud
            adalah:

            1.   Bahwa pangkal haluan daripada Undang-Undang Pokok Agraria
                 haruslah Undang-Undang Dasar kita;

            2.   Bahwa haruslah dihasilkan suatu rencana nasional yang dapat
                 juga memenuhi kebutuhan internasional economisch verkeer
                 (perdagangan internasional);
            3.   Bahwa harus diupayakan supaya hak-hak tanah menurut hukum
                 Barat diganti;
            4.   Bahwa akibat konversi hak-hak tersebut jangan sampai
                 menggoncangkan economisch verkeer;




                 52 Mengenai pergantian ini lihat Keppres No. 81 tahun 1956, 21 Maret 1956.
                 53 Lihat Keppres No. 147 tahun 1956, 7 Agustus 1956.
                 54 Lihat Keppres No. 187 tahun 1956, 28 November 1956.


            54      Kelembagaan
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90