Page 87 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 87

6.   Pemindahan hak atas tanah.
            7.   Dan terakhir laporan yang ke-7 yang dilaorkan pada bulan
                 Desember 1956 diserati dengan rumusan Rancangan Undang-
                 Undang Pokok Agraria beserta penjelasannya untuk disetujui
                 oleh Panitia Agraria

                 Secara resmi, Desember 1956 RUUPA diajukan ke Panitia Agraria
            untuk mendapatkan persetujuan. Akan tetapi, menurut panitia sendiri
            masih perlu ada beberapa yang perlu disempurnakan. Atas permintaan

            panitia juga kemudian dibentuk Panitia Perumus RUUPA dengan
            Keputusan Menteri agraria, No. Sk. 62/Ka, 26 Maret 1957. Para perumus
            terdiri atas pejabat-pejabat daru urusan politik agraria, yaitu:

            1.   Singgih Praptodihardjo (Kepala Urusan Politik Agraria dan
                 Perencanaan, sebagai ketua);
            2.   Boedi Harsono (Wakil kepala Biro Perundang-undangan,
                 anggota);
            3.   Herman Wiknjo Broto (Biro Perundang-undangan, sekretaris).


                 Adapun Panitia Perumus di atas bertugas “merumuskan dan
            menyusun Rencana Undang Undang Pokok Agraria, berdasarkan
            hasil Panitia Negara Urusan Agraria, dengan mengadakan perubahan-
            perubahan dan tambahan-tambahan yang menurutnya perlu”.
                 Hasil kerja tim perumus adalah melakukan beberapa perubahan,
            penambahan, dan penghapusan baik mengenai isi maupun susunan
            redaksinya dan sistematikanya. Penghapusan beberapa pasal dari
            Panitia adhoc II yang dianggap ada ketentuan-ketentuan yang tidak
            perlu lagi ditempatkan dalam suatu undang-undang, karena memuat
            perumusan pengertian-pengertian umum yang sudah cukup dikenal

            artinya dalam pelajaran hukum. Ada juga ketentuan-ketentuan yang
            dipandangnya tidak sesuai dengan tujuan undang-undang pokok,
            seperti ketentuan yang masih menyebut-nyebut hak tanah menurut
            hukum adat, sebab dengan demikian akan tetap berlangusng dualisme






            56      Kelembagaan
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92