Page 86 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 86

5.    Bahwa perundang-undangan nasional harus menjamin harga
                   econimisch dari tanah dalam masyarakat.

                   Lima pedoman di atas yang menjadi pegangan panitian dalam
             merumuskan pekerjaan yang menjadi tangungjawab dalam komisi-
             komisinya yang kemudian dibentuk Panitia-panitia adhoc. Panitia
             adhoc I dengan anggota Soemartojo (ketua), Moentoha dan Moh.
             Nasroen. Tugas panitia adhoc I merumuskan dasar-dasar Undang-
             undang Pokok yang kemudian hasilnya dilaporkan pada panitia:
             Pasal-pasal dari UUDS yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan
             UUPA yanitu Pasal 25 ayat 2, Pasal 26, 35, 37, 38, dan Pasal 131; soal-

             soal itulah yang perlu dimuat di dalam UUPA dengan disempurnakan
             sistematikanya. Bersamaan dengan dibentuknya Panitia adhoc I juga
             dibentuk Panitia adhoc II yang awalnya beranggotakan 3 orang, Mr.
             Soekanto (ketua), Mr. Soepangkat, dan S. Sardjono. Panitia ini awalnya
             bertugas menyusun penjelasan dan mengajukan saran-saran kepada
             Panitia agraria mengenai persoalan nomor 2-5 pedoman di atas.
             Namun kemudian tugasnya diperluas sampai pada menyiapkan segala
             sesuatu untuk memungkinkan disusunnya RUUPA. Karena perluasan
             tugas inilah kemudian jumlah anggota panitia adhoc II ditambah
             dengan SInggih Praptodihardjo, Soemartoyo, Moentoha, Mr. A.S.
             Soripada, Abdoelwasit Notojoeono, dan I.J. Kasimo. Hasil-hasil kerja
             panitia adhoc II ini disampaikan kepada panitia dalam 7 buah laporan.

                   Laporan yang disampaikan oleh panitia adhoc II mengenai
             sistematika UUPA serta hal-hal yang perlu diatur di dalamnya yaitu:

             1.    Penggunaa tanah dan fungsi sosial ekonomi;
             2.    hak atas tanah (hak milik, hak usaha, hak bangunan, hak-hak lain
                   yang tidak disebut di atas menurut hukum adat baik diseluruh
                   Indonesia aupun setempat);
             3.    Kekuasaan daerah-daerah swatantra untuk menggunakan tanah
                   di daerahnya;

             4.    Konversi hak-hak baru;
             5.    Hak negara atas tanah;



                                   Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria  55
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91