Page 158 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 158

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               erat kaitannya dengan adat. Hubungan antara masyarakat, adat dan
               kapital penting dipahami jika melihat struktur dan sistem pertanahan
               di Nusa Tenggara. Investasi di bidang perkebunan dan pertambangan
               yang membutuhkan lahan yang luas seringkali harus berhadap-hadapan
               dengan kepentingan masyarakat yang masih memegang teguh adat-
               istiadat, serta menjadikan tanah tempat tinggal dan usahanya sebagai
               bagian tak terpisahkan dari struktur sosial budaya komunitasnya. Cara
               kerja kapital yang menghapus kepemilikan komunal menjadi kepemi-
               likan individu inilah yang berlawanan dengan masyarakat adat setempat
               ketika kebutuhan akan lahan sangat mendesak. Sejalan dengan pengu-
               asaan tanah melalui kapital ini, institusi adat pun dilemahkan dan keku-
               asaan atas tanah komunal tak lagi dipegang. Pengusiran secara sistematis
               akses masyarakat terhadap hak miliknya justru di tempat tinggalnya oleh
               kapital setelah tanah dikuasai melalui kontrak dan kekerasan yang
               menyertainya juga terjadi di banyak tempat, dan dalam kasus Nusa Teng-
               gara institusi adat pun menjadi bagian dari pelemahan secara struktural
               ini. 19


               Penutup

                   Studi tentang agraria Nusa Tenggara seperti kajian agraria wilayah
               lain di Nusantara sangatlah menarik. Selain membutuhkan pengetahuan
               yang cukup tentang proses pembentukan kapital dan cara kerja kolo-
               nialisme itu sendiri di Kepulauan Nusa Tenggara dan seluruh Nusantara,
               juga dibutuhkan suatu pemahaman tentang sistem kekerabatan atau
               adat-istiadat setempat. Dua prasyarat inilah sebagai bekal untuk mema-
               hami perjalanan sejarah/geografi agraria Kepulauan Nusa Tenggara.
               Tanpa pengetahuan dasar itu, rasanya akan kesulitan memahami seluk-
               beluk pertanahan dan kaitannya dengan struktur sosial budaya masya-
               rakat setempat.

                   Perjalanan kolonialisme di Nusa Tenggara sesungguhnya  juga
               menandai suatu cara pandang dalam melihat hubungan antara negara



                   19  Erb. Ibid.; Lawang. Op.cit.
                                                                        149
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163