Page 159 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 159

Hilmar Farid, dkk.
            kolonial dan atau kaum kapital di satu sisi dengan masyarakat adat di
            sisi lain. Keragaman suku yang ada di wilayah ini juga harus dilihat jika
            persoalan agraria akan diangkat atau dijadikan sebagai suatu agenda riset
            kesejarahan/geografi di kemudian hari. Bagi masyarakat adat Nusa Teng-
            gara, seperti halnya masyarakat adat lain, tanah sangat erat kaitannya
            dengan kehidupan sosial warganya dan juga mempunyai fungsi sosialnya
            sendiri. Tanah dalam konteks Nusa Tenggara tidak dapat dipahami seba-
            gai suatu persoalan yang berdiri sendiri, terlepas dari proses panjang
            perjalanan sejarah masyarakat adat setempat. Dinamika sejarah yang
            terjadi di kawasan Laut Sawu dan sekitarnya ini menunjukkan bahwa
            perkembangan kolonialisme tidak selalu tepat atau mengikuti garis
            waktu yang baku tentang tonggak-tonggak penting sperti yang dikenal
            awam selama ini. Ada perkembangan yang berbeda misalnya dengan Jawa
            atau provinsi lain seperti disinggung dalam tulisan ini, baik menyangkut
            sistem pertanahan, pengelolaan lahan, periode kolonialisme, dan jenis-
            jenis komoditas yang diperdagangkan dari wilayah ini.

                Terlepas dari semua itu, benang merah yang dapat ditarik dari per-
            kembangan studi agraria Nusa Tenggara ini bahwa kolonialisme Belanda
            ditegakkan atau ditancapkan di bumi Indonesia melalui ekspedisi militer,
            penandatanganan korte verklaring, dan ekspansi kapital. Ketiganya kait-
            mengait satu sama lain dan saling mendukung ketika orang Belanda
            mulai menginjakkan kakinya di suatu wilayah yang belum dikuasainya.
            Memahami agraria Nusa Tenggara dan sejarahnya dalam dalam bingkai
            sejarah Indonesia sama halnya dengan melihat kembali kolonialisme di
            bagian tengah Nusantara atau luar Jawa, yang beberapa penggalan wak-
            tunya berbeda dari apa yang terjadi di Jawa atau bahkan di Sumatra dan
            Kalimantan.

                Ke depan, sebagai agenda riset selanjutnya, penting untuk melihat
            hubungan antara kolonialisme dan adat secara lebih detil termasuk dam-
            pak atau pengaruh yang muncul dari hubungan keduanya. Juga, bagai-
            mana peran penguasa lokal sebagai perantara dalam kekuasaan kolonial
            di Nusa Tenggara dan hubungannya dengan akses terhadap tanah dan
            hak milik yang ada di atasnya. Selain itu, penting pula untuk mengung-
            kap inisiatif lokal dalam penyelesaian konflik agraria dalam masyarakat

            150
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164