Page 164 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 164

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               faktor-faktor berbasis tempat itu, seperti degradasi hutan, kondisi kemis-
               kinan yang kronis atau gerakan aksi-aksi protes petani, hanya akan mem-
               beri pengaruh pada kebijakan nasional, manakala ia diangkut, dibawa
               dan diperjuangkan oleh aktor-aktor nasional atau global.

                   Di Indonesia, politik penguasaan negara atas tanah merupakan
               pancaran dari bagaimana negara itu difungsikan oleh rezim penguasanya.
               Pada konteks ini, negara dapat dipandang sebagai kekuasaan yang otori-
               tatif untuk mendefinisikan cara-cara, proses-proses dan hubungan-
               hubungan ketika para pelaku dapat memperoleh, mengendalikan dan
               mendapatkan keuntungan melalui aksesnya pada tanah. Menurut uraian
               Ribot dan Peluso (2003), akses terhadap tanah merupakan suatu kemam-
               puan untuk mendapatkan keuntungan dari tanah, dengan segala relasi
               sosial yang menyertainya.  Dengan kerangka ini, kita akan menemukan
                                    5
               bahwa pihak yang mengendalikan akses akan mengembangkan konflik
               dan kerja sama dengan pihak lain berdasar pada keuntungan/kerugian
               yang didapatkannya.  Pada hubungan konflik/kerja sama inilah kita dapat
               melihat signifikansi dan pengaruh dari konteks ekonomi politik yang
               bersifat nontempatan.

                   Tulisan ini adalah suatu contoh penggunaan perangkat analitis
               ekologi-politik (political ecology) untuk memahami perubahan agraria
               di wilayah Priangan, yakni sebagian besar dataran tinggi Jawa Barat bagian
               selatan. Ekologi politik sebagai suatu ilmu hybrid telah kukuh menjadi
               suatu bangunan pengetahuan (body of knowledge) yang dihasilkan,
               dirawat, disosialisasikan dan dikembangkan oleh concerned scholars
               untuk menjelaskan bagaimana perubahan agraria dan/atau lingkungan
               terjadi, sebagai akibat dari dinamika sosial, ekonomi, politik, dan seba-
               liknya. Meskipun terdapat berbagai variasi di dalamnya, perangkat ana-
               litis ekologi politik ini, sebagaimana dikemukakan oleh Michael Watts, 6


                   5  Jadi, pengertian akses atas tanah termasuk, namun lebih lebih luas dari sekadar, suatu
               hak atas tanah, yang banyak terikat dengan tatanan hukum yang berlaku, baik hukum negara
               maupun hukum adat. Lihat: Jesse C. Ribot dan Nancy Lee Peluso, 2003, “A Theory of
               Access”,  Rural Sociology 68(2), 2003 halaman 153-181.
                   6  Michael Watts, “Political Ecology” dalam A Companion to Economic Geography,
               Trevor Barnes and Eric Sheppard (eds). Oxford: Blackwell, 2000, halaman 257-274.
                                                                        155
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169