Page 166 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 166

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               lingkungan agraria dataran tinggi Jawa Barat ini kurang mendapatkan
               perhatian para peneliti, terlebih-lebih dengan memperhatikan variabel
               gerakan petani, baik dalam bentuk protes sesaat maupun gerakan massa
                                         9
               yang cukup panjang umurnya.  Usaha mengungkap sejarah perjalanan
               lingkungan agraria dataran tinggi Jawa Barat ini akan bertemu dengan
               tema klasik dari studi petani, yakni masalah agraria (agrarian question).
               Penyelidikan ini akan dikhususkan untuk mengetahui dinamika khusus
               transisi menuju kapitalisme (baik masa kolonial maupun pascakolonial)
               dan bagaimana dinamika ini dipengaruhi oleh politik penguasaan negara
               atas tanah dan hutan.

                   Untuk memahami secara kritis masalah agraria kontemporer, kita
               tidak bisa menghindar dari apa yang disebut sebagai “akumulasi primitif
               (primitive accumulation)”, sebagaimana pada mulanya dikonsepsikan
               oleh Karl Marx  (1867), atas dasar ide Adam Smith (1776), mengenai pre-
               vious accumulation sebagai syarat berkembangnya suatu perusahaan
               modern dalam karya klasiknya An Inquiri into the Nature and Cause of
               The Wealth of Nations. Pada dasarnya “akumulasi primitif” dipahami
               sebagai pemisahan paksa dan brutal hubungan penguasaan tanah dan
               segala kekayaan alam, yang tadinya menjadi ruang hidup dan digarap
               para petani, dan kemudian tanah dan kekayaan alam tersebut dimasuk-
               kan ke dalam suatu proses dan tata produksi kapitalis; di lain pihak,
               para petani yang hidup dan bekerja dalam tata produksi prakapitalis itu
               disingkirkan secara brutal dan kemudian ditransformasikan menjadi
               buruh upahan. Konsep alam sebagai karunia yang harus dipelihara untuk
               keberlangsungan hidup komunitas petani dilindas oleh pandangan baru
               yang menempatkan alam sebagai sumber daya (natural resources) yang
               harus dieksploitasi dan ditransformasi menjadi modal yang dapat
               diakumulasi dan direproduksi secara meluas.


                   9  Untuk perspektif sejarah tersedia artikel yang ditulis oleh Thommy Svensson, “Peas-
               ant and Politics in Early Twentieth Centuries West Java”, dalam Indonesia and Malaysia,
               Scandinavian Studies in Contemporary Society. Thommy Svensson dan Per Sorensen
               (Eds). London: Curzon Press Ltd, 1983; Thommy Svensson, “Bureaucracies and Agrar-
               ian Change, A Southeast Asia Case”, dalam Agrarian Society in History, Essay in Honour
               of Magnus Morner. Mats Lundahl and Thomy Svensson. London: Routledge, 1990.
                                                                        157
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171