Page 163 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 163
Hilmar Farid, dkk.
Sesungguhnya, garis besar evolusi itu tidak berlaku untuk ke-
banyakan wilayah Priangan, tempat hutan dan tanah-tanah garapan
petani dimasukkan dalam sirkuit produksi kapitalisme kolonial. Petani
penggarap di dataran tinggi Priangan berada di dalam suatu lingkungan
agraria, yang seperti kebanyakan dataran tinggi Indonesia lainnya, telah
disusun, dikhayalkan, dikelola, dikendalikan, diekspolitasi dan “di-
4
bangun” melalui serangkaian wacana dan praktik”. Lingkungan agraria
Priangan ini telah memiliki sejarah panjang semenjak ekstraksi hutan
jati di pantai utara, dipaksakannya produksi kopi secara luas oleh VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie), penguasaan hutan oleh badan
kehutanan Hindia Belanda Boschewezen dan kemudian dimasukkan ke
dalam penguasaan Perhutani, penjualan tanah luas ke tuan-tuan tanah
partikelir, ekspansi perkebunan komoditi ekspor secara besar-besaran,
demarkasi hutan untuk kawasan konservasi hingga pemakaian wilayah
untuk ekstraksi alam dan produksi berteknologi tinggi yang terbaru.
Semenjak awal hingga sekarang, politik penguasaan negara atas
tanah untuk setiap periode sejarah dataran tinggi Jawa Barat bagian
selatan bukan terbentuk akibat dinamika proses-proses lokal, melainkan
merupakan resultantenya dengan dinamika nasional dan global yang
melingkupinya. Proses-proses lokal yang terikat pada tempat, menerima
pengaruh dari proses-proses nasional dan global yang terjadi. Sebaliknya,
backgroundpaper_Altieri.doc. Pada tahun 2002, FAO memrakarsai suatu program Glo-
bally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS) yang bertujuan mengukuhkan
dasar pengakuan global atas konservasi dan pengelolaan yang berkelanjutan atas sistem-
sistem agroekologi beserta bentang alamnya, keanekaragaman hayatinya, dan budayanya.
Sejak masa persiapan (2002–2006), prakarsa GIAHS ini mendaftar situs-situs contoh di
Peru, Chile, China, Filipina, Tunisia, Maroko, dan Algeria. Untuk tujuh tahun berikutnya
(2007–2014), di situs-situs contoh itu akan dilembagakan dukungan dari para pihak di tingkat
nasional dan lokal agar sistem-sistem itu dapat terus berlangsung. Selanjutnya lihat: Parviz
Koohafkan and Miguel A. Altieri (2011) Globally Important Ingenious Agricultural Heri-
tage Systems (GIAHS). Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
4 Kalimat aslinya adalah “Indonesia Uplands have been constituted, imagined, man-
aged, controlled, exploited and ‘develope’” through a range of discouses and practices”, Tania
Murrai Li, “Marginality, Power and Production: Analysing Upland Transformations”
dalam Transforming the Indonesian Uplands, Tania Murrai Li (Ed), Amsterdam, Harwood
Academic Publisher, 1999, halaman 1.
154