Page 26 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 26

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               untuk waktu yang lama karena tidak ada kekuatan yang efektif dapat
               mengontrol ruang gerak mereka.

                   Ellen Meiksins Wood dalam kajiannya tentang asal-usul kapitalisme
               di Eropa menunjukkan bahwa hal yang penting diperhatikan adalah
               kemunculan dan kemudian dominasi ‘hubungan pasar’ (market rela-
               tions) dalam produksi dan reproduksi sosial (Wood 2002). Jika integrasi
               tenaga kerja dan tanah ke dalam proses produksi kapitalis bisa melalui
               berbagai jalur maka hubungan pasar dalam kehidupan sosial mengikuti
               logika yang sama di mana pun. Secara perlahan kehidupan sosial
               masyarakat berubah karena ruang demi ruang dimasuki dan kemudian
               dikuasai oleh hubungan pasar. Hal-hal yang semula diproduksi untuk
               konsumsi sendiri kemudian diproduksi terutama untuk dipertukarkan.
               Seiring berkembangnya produksi masyarakat menjadi semakin
               bergantung pada pasar, dan pada gilirannya pasar mengambil peran yang
               tidak ada bandingannya dalam sejarah sebagai institusi sentral yang
               mengatur kehidupan sosial. Tentu hubungan pasar di dalam kapitalisme
               harus dibedakan dengan pasar sebagai tempat jual-beli barang yang sudah
               dikenal lama dalam sejarah Nusantara. Jauh sebelum kedatangan
               Portugis dan Belanda sudah ada jaringan perdagangan yang memben-
               tang di berbagai tempat di Nusantara dengan pasar sebagai tempat
               pertemuan utamanya. Tapi dalam pasar ini prinsip yang berlaku adalah
               membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi,
               sementara dalam hubungan pasar kapitalis menurut Wood ada semacam
               ‘hukum gerak’ yang mengatur, yakni keharusan bersaing, akumulasi dan
               profit maximization. Pasar pra-kapitalis juga terbatas untuk barang
               mewah sementara keperluan sehari-hari masih diproduksi sendiri oleh
               masing-masing komunitas. Dalam kapitalisme kebutuhan pangan juga
               termasuk yang dicaplok oleh hubungan pasar sehingga orang dipaksa
               untuk memasuki hubungan pasar karena tidak ada kemungkinan lain
               untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah dan tenaga kerja pada
               gilirannya juga menjadi salah satu komoditi penting dalam pasar kapitalis,
               dan saat itulah masyarakat secara keseluruhan sudah tunduk pada hukum
               pasar dan menjadi ‘masyarakat pasar’ atau market society (Polanyi 1944).

                   Dalam sejarah Nusantara proses kemunculan ‘masyarakat pasar’

                                                                         17
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31