Page 22 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 22

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               bunuh sistem kekebalan tubuh sama halnya dengan produksi kapitalis
               yang membunuh sistem pertahanan sosial masyarakat dan akhirnya
               memakan keseluruhan tubuh (McMurtry 1999). Setiap daerah yang
               dirambah sulit untuk kembali kepada keadaan semula tanpa ada perom-
               bakan total yang memotong akarnya. Selama dua ratus tahun terakhir
               terjadi perubahan tata ruang, termasuk ruang agraria, yang sangat masif
               dan dalam banyak kasus tidak mungkin kembali kepada keadaan sebelum
               ekspansi kapital itu terjadi. Gunung yang berubah menjadi danau di
               Papua karena eksplorasi tembaga oleh PT Freeport misalnya sudah
               menjadi fakta sejarah yang tidak dapat dikembalikan lagi. Sama halnya
               dengan hutan tropis di Kalimantan dan Sumatra yang tidak akan tumbuh
               kembali apalagi dalam sistem sosial dan laju eksploitasi sumber daya
               alam seperti sekarang. Tapi jika kanker memakan tubuh yang sama, maka
               dalam sejarah masyarakat kita melihat kapitalisme menghadapi berbagai
               sistem pertahanan yang berbeda-beda karena ditentukan oleh berbagai
               faktor lain. Dalam kajian agraria para ahli biasanya membaca ekspansi
               kapital ini semata-mata sebagai ‘pertumbuhan ekonomi’ dan bertolak
               dari himpunan data statistik untuk menilai dan mengukur.
                   Dalam Capital Marx menjelaskan bahwa proses ekspansi kapital ini
               bermula dari produksi komoditi: masyarakat memproduksi barang
               bukan karena nilai gunanya (use value) melalui karena nilai tukarnya
               (exchange value). Secara sosial kapitalisme bergerak maju memasuki
               semua bidang kehidupan dan membuat produksi nilai tukar semakin
               dominan. Orang menyambung hidup melalui mekanisme pertukaran
               karena semakin sedikit barang dan jasa yang langsung diproduksi untuk
               memenuhi kebutuhan yang sifatnya langsung. Dengan kata lain produksi
               komoditi menjadi semakin umum di mana semua barang, termasuk
               tenaga kerja manusia dan tanah bisa diperjual-belikan. Dalam konteks
               kajian agraria para penulis kerap menyamakan kemunculan ‘tenaga kerja
               bebas’ dan ‘komodifikasi tanah’ sebagai tanda ekspansi kapital.  Memang
                                                                   6


                   6  Dalam kajian tentang Jawa perdebatan tentang kemunculan ‘tenaga kerja bebas’
               di perkebunan sudah menjadi bahan pembicaraan sejak lama (Elson 1986, Knight 1988,
               Gordon 1999).
                                                                          13
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27