Page 32 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 32

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               di bukit-bukit pegunungan. Perubahan Sumatera diintegrasikan dengan
               otoritas kolonial dan hubungan-hubungan pasar dunia terjadi pada
               ekspansi kolonial awal abad 19 dan pada puncaknya awal abad 20 dengan
               terbentuk Pax Nerlandica.

                   Dalam tulisan ini titik berat pembahasan menempatkan sejarah
               agraria di pesisir pantai timur Sumatera yang terkenal sebagai cultuur-
               gebied (perkebunan-perkebunan besar). Meskipun geografi sejarah
               Sumatera lainnya akan disinggung seperti Palembang, Lampung, Jambi,
               Aceh, Padang dan lainnya, terutama mempunyai kesamaan dalam penak-
               lukan melalui korte veklaring dan Lange verklaring yang mempergunakan
               ekspedisi militer. Pemerintah kolonial Belanda melakukan peperangan
               yang panjang untuk menaklukkan Aceh dari 1872 hingga 1903 demi pem-
               bentukan Pax Nerlandica dan kekuatan negara kolonial. Pada periode
               ini pula monopoli kekerasan negara begitu mencolok. Apa yang menye-
               babkan perkebunan-perkebunan pantai timur Sumatera menjadi porsi
               besar pembahasan geografi sejarah? Pertama, wilayah Deli, Langkat,
               Serdang dan Asahan hampir selama satu abad dari tahun 1860-an hingga
               1960-an membentuk ruang geografi perkebunan besar. Pada awalnya
               adalah perkebunan tembakau, kemudian pergantian abad 20 ditambah
               dengan komoditas karet, teh, kopi dan kelapa sawit. Kedua, ekspansi
               kapital ke perkebunan-perkebunan besar itu tidak hanya dari Belanda
               atau negeri Eropa, akan tetapi Amerika Serikat terutama berkiprah dalam
                                      5
               investasi perkebunan karet.  Ketiga, tenaga kerja perkebunan didatang-
               kan dari Cina, Jawa, India dan Thailand. Karena orang-orang pesisir
               Sumatera Timur dan pedalaman Tapanuli menolak untuk bekerja dan
               Koeli Ordonantie tidak memperkenankan orang lokal mempunyai ikatan
               kontrak kerja di perkebunan-perkebunan besar. Kuli-kuli yang dida-
               tangkan dari luar Sumatera dikenakan kontrol yang dikenal sebagai Koeli
               Ordonantie atau Poenali Sanksi. Dalam pengertian tenaga kerja yang
               datang dari luar mempunyai ikatan kontrak dan jika mereka memutus-


                   5  Ann Stoler menyebutnya industri perkebunan besar Sumatera Timur sebagai
               modal multinasional pertama di Indonesia. Untuk hal ini lihat. Ann Laura Stoler. Capi-
               talism and Confrontation in Sumatra Plantation Belt. 1870-1979. (Madison: University
               Michigan Press, 1995), hlm., 19.
                                                                         23
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37