Page 35 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 35

Hilmar Farid, dkk.
            pada 1825 dan melakukan pemerintahan langsung terhadap Palembang.
            Juga, Belanda pada tahun 1834 di Jambi membangun benteng militer. 9

                Sementara itu, di Padang Belanda ikut campur tangan pada masalah
            Padri, fundamentalis Wahabi yang ingin melakukan perubahan agama
            di tanah Minangkabau. Kekuasaan kolonial Belanda mendukung kelom-
            pok-kelompok kaum Padri dalam serangkaian operasi militer dari tahun
            1820 hingga 1841 yang dikenal dengan perang Padri. Padang dengan
            penduduknya yang padat di Sumatera abad 19 telah menjadi benteng
            pertahanan Belanda. Biaya untuk mempertahankan Benteng itu dari
            serah paksa kopi. Lain halnya, di pantai timur Sumatera, Belanda mela-
            kukan ekspansi dengan lambat, yang ditentang oleh pedagang Singapura
            dan raja-raja setempat. Pada 1865, Belanda melalui sultan Siak dapat
            menaklukkan wilayah Deli, Langkat, serdang dan Asahan.

                Dalam hubungan dengan kerajaan-kerajaan Sumatera Timur, Belan-
            da membagi kedudukan mereka dalam dua kontrak politik yaitu; perjan-
            jian pemerintah Hindia Belanda dengan kerajaan lokal melalui pernya-
            taan panjang (Lang verklaring) dan kedua, kerajaan lokal dengan peme-
            rintah Hindia Belanda menjalankan perjanjian pendek atau  korte
            verklaring. Pada kontrak politik pertama kerajaan Sumatera yang melaku-
            kannya adalah Asahan, Deli, Kualuh, Langkat, Pelawan (Kampar Hilir),
            Siak, Serdang, dan Riau Lingga. Untuk perjanjian yang kedua, diseluruh
            kekuasaan Belanda di Hindia terdapat 261 korte verklaring. Pernyataan
            pendek di Sumatra  Timur di antara lainnya  adalah Barusjahe (Karo),
            Bilah, Dolok Silau (Simalungun), Tanah Datar (BatuBara) dan Tanah Jawa
            (Simalungun). Pada akhir abad 19 pemerintah kolonial Belanda
            menghapuskan plakat panjang (lang verklaring) yang mereka anggap
            terlalu bertele-tele raja atau penguasa bumiputera dalam mengekspre-
            sikan keter-taklukannya. Para penguasa bumiputera tidak pernah mem-
            perlihatkan pada isi pernyataan-pernyataan panjang itu. Mereka meman-
            dang pernyataan-pernyataan itu hanya simbol tunduk pada Belanda, yang


                9  Belanda menaklukan Palembang secara militer tahun 1821 dan menduduki Bangka
            tahun 1822. Untuk Hal ini lihat, Robert Cribb. Historical Atlas of Indonesia. (Hono-
            lulu: University of Hawaii Press, 2000), hlm, 127.
            26
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40