Page 34 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 34

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               kepala suku Aceh menumpuk hasil cengkeh terbesar di dunia pada deka-
               de abad ke 19. Kemudian, di wilayah Minangkabau terdapat Cassia (peng-
               ganti kayu manis), gambir (untuk menyamak kulit) dari sejak 1790, kopi
               adalah tanaman baru yang menarik bagi pedagang Amerika dan peda-
               gang lainnya. Di Bangka pada abad 18 sudah didapat timah yang mulai
               ditambang oleh orang-orang Cina.

                   Meskipun Belanda pernah mempunyai perjanjian pada abad ke 17
               dengan hampir semua kerajaan Sumatera (kecuali Aceh), Belanda mulai
               dari awal untuk ekspansi, karena Inggeris telah hadir dengan kekuatan
               di sana pada 1816. Belanda tidak mempunyai kekuatan menghambat
               dominasi pelabuhan-pelabuhan Inggeris—Penang dan Singapura—atas
               perdagangan Sumatera yang berlanjut hingga awal abad 20. Gerakan
               pasukan Belanda lambat, dan biasanya didorong oleh keinginan mence-
               gah musuh orang dari negeri-negeri Eropa yang lain. Hampir seluruh
               geografi Sumatera, tidak ada orang Sumatra yang mau menerima ekspan-
               si kekuasaan Belanda tanpa perlawanan.

                   Dasar perbatasan Malaysia—Indonesia yang sekarang adalah wa-
               risan perjanjian Inggeris—Belanda pada 1824 yang terkenal sebagai traktat
               London. Perjanjian ini menetapkan Inggeris menarik diri dari semua
               tuntutan dan daerah miliknya di Sumatera, sedangkan Belanda harus
               mundur dari Semenanjung Malaya. Oleh karena itu, Malaka menjadi
               milik Inggeris dan Bengkulu milik Belanda. Di tambah pula, kesultanan
               Johor menjadi protektorat Inggeris, sedangkan kesultanan Riau menjadi
               protektorat Belanda.  Selain itu, Palembang dipandang sangat penting
                                8
               oleh Belanda, letaknya dekat dengan Bangka sebagai penghasil timah
               dan juga jaraknya dekat dengan Singapura. Belanda untuk menaklukkan
               Palembang perlu dua kali ekspedisi militer, banyak korban tewas dalam
               upaya mencari sultan boneka di Palembang. Pada 1821 kekuasaan Belanda
               di Batavia mengirim 40.000  pasukan darat dan laut untuk menaklukkan
               Palembang. Akhirnya, Belanda menghapuskan kesultanan Palembang


                   7  Untuk penjelasan ini lihat. Ibid., Reid. Menuju sejarah Sumatra. 2011, hlm., 12.
                   8  Tidak lama kemudian kekuasaan kolonial Belanda mendirikan kantor Residen di
               Bengkalis Riau. Ibid., Reid. Menuju sejarah Sumatra. hlm., 20.
                                                                         25
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39