Page 169 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 169

dan pengelolaan secara langsung itu tidak boleh diabaikan dan
          tidak pula  boleh menyebabkan kerugian terhadap pihak lain–
          terutama kaum adat setempat.
             Sayangnya kampanye sudut pandang  egaliter  terhadap
          keberadaan institusi ulayat tidak seramai yang melemahkannya,
          sekalipun  dilakukan dengan cara halus.  Oleh karena itu,  untuk
          kasus di  Senama  Nenek kalaupun  masyarakat  adat  masih
          menginginkan  adanya ulayat, yang  paling  memungkinkan
          dijadikan  lahan  ulayat  saat  ini ialah  memanfaatkan  ‘sisa’  lahan
          dari program reforma agraria yang belum diterbitkan sertifikat
          dalam bentuk SHM–seluas  lebih kurang 300-an  hektar. Jika
          kemudian sisa 300-an hektar tersebut juga telah disertifikatkan
          dalam  bentuk  sertifikat  hak  atas  tanah  berdasarkan  peraturan
          perundang-undangan–baik  bentuknya SHM, HGU dan sebagai-
          nya–maka harapan  masyarakat  adat  untuk  mempertahankan
          eksistensi ulayatnya akan semakin sulit.
             Terakhir,  pasca  reforma agraria,  tanah  yang  sebelumnya
          menjadi  objek  konflik  dengan  PTPN  V  telah  dikavling  menjadi
          petak-petak  tertentu  lalu diserahkan kepemilikannya kepada
          individu-individu, bukan kepada suku atau  klan  atau  negari.
          Kenyataan ini dalam pandangan saya menyebabkan kelembagaan
          ulayat  atas  tanah  sejatinya tidak  dapat  berjalan  lagi.  Karena
          dalam  konstruksi ulayat  tanah  berada pada  penguasaan  suku
          maupun negeri, bukan perorangan. Meski demikian, yang menjadi
          pertanyaan adalah mengapa masyarakat adat masih  menyebut
          tanah yang telah diredistribusikan menjadi hak milik perorangan
          itu sebagai tanah ulayat mereka?

             Di  sini saya melihat  bahwa diksi  ‘ulayat’  digunakan oleh
          masyarakat  adat  sebagai dasar legitimasi untuk  menolak  atau



        134   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174