Page 90 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 90
bawah ulayatnya. Bentangan ulayat itu menghampar panjang
dari satu kenegerian menuju kenegerian lain, sehingga ulayat di
Senama Nenek–jamaknya ulayat masyarakat adat di Kabupaten
Kampar–tidak ada satupun yang tidak memiliki batas. “Ndak
ado danau nan ndak tasawangi, ndak ado bukik nan ndak tadaki,
ndak ado kolam nan dak tatoghangi” (tidak ada danau yang tak
terselami, tidak ada bukit yang tak terdaki, tidak ada gelap yang
76
tak terterangi), ulayat itu memiliki batas yang jelas. Hal ini
menegaskan bahwa lahan dengan batas yang telah ditentukan
oleh Masyarakat Adat Senama Nenek dengan masyarakat lain
yang menjadi sempadannya tidak ada yang berstatus res nullius–
“tanah tak bertuan (land belonging to no one)”.
Masyarakat Adat mempunyai pengertian sendiri mengenai
batas-batas ulayat yang menjadi bagian dari wilayah negerinya.
Untuk mereka, batas-batas tersebut ditetapkan dan diumumkan
oleh nenek moyang mereka sejak zaman dahulu. Dari nenek
moyang inilah asal muasal sumber mengenai batas-batas itu
diketahui, yang disampaikan melalui keterangan lisan kepada
keturunannya. Dalam perumusan ulayat yang disampaikan
secara lisan ini disebutkan bermacam-macam tanda perbatasan,
yang disediakan oleh alam dan dipergunakan oleh manusia. Alam
yang dimaksud sebagai batas dari tiap-tiap ulayat itu baik berupa
bukit, gunung, maupun sungai. 77
Batas-batas ulayat yang telah ditetapkan sekaligus membawa
makna yang menyatakan bahwa apapun yang ada di dalam
76 Wawancara, 10 Maret 2021. Lihat juga dalam Ulfia Hasanah, “Kajian Tentang Hukum
Waris Adat Masyarakat Kampar Riau,” Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas
Riau, Pekanbaru, 2012, hlm. 55-56.
77 Bachtiar dalam Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia, Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta, 1984, hlm. 218. Dan wawancara H, 2 April 2021.
Masyarakat Adat Senama Nenek 55