Page 95 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 95

atau  Penataan  hukum  adat  dalam  kaum  atau  keperluan  sosial
          lainnya yang jelas untuk kepentingan kaum. 86
             Prosesnya  dilakukan  dengan  musyawarah  bersama  kaum
          sepersukuan  dari garis perut ibu  untuk  ulayat  suku dan
          bersama  pucuk  adat/penghulu  negeri untuk  kasus  ulayat
          negeri.  Maksudnya adalah jika suatu  persoalan pemanfaatan
          lahan  menyangkut  kepentingan suatu  suku tertentu  saja–yang
          memiliki ulayat  suku–maka  bulek ayigh  dek pambuluoh, bulek

          kato dek mufakek (bulat air karena pembuluh, bulat kata kerena
          mufakat) atau musyawarah hanya dilakukan di  dalam  rumah
          tangga satu  suku saja  yang  dipimpin oleh  ninik  mamak suku
          tersebut. Kemudian, jika persoalan itu menyangkut kepentingan
          keseluruhan masyarakat adat dalam suatu  kenegerian, seperti
          misalnya ketika hendak menambah suatu suku atau kaum, maka
          musyawarah dilakukan di  balai  kerapatan  adat negeri  yang
          dipimpin oleh Pucuk  Adat/Penghulu  Negeri.  Manakala  hasil
          musyawarah di internal suatu suku terkait pemanfaatan ulayat
          sukunya tidak berjalan dengan baik, bulek olun sagolong, picak
          olun satopik (bulat belum segolong, datar belum setapik), maka
          permasalahannya dibawa untuk  kemudian dibahas bersama
          di balai kerapatan adat negeri yang dipimpin oleh Pucuk Adat/
          Penghulu Negeri.











          86   Lihat Datuk Toeah, Op. Cit., hlm. 243; Ali Akbar, Op. Cit., hlm. 38-40; Ulfia Hasanah, Loc.
            Cit.;  dan  Ibrahim,  Tambo  Alam Minangkabau: Tatanan  Adat Warisan  Nenek  Moyang
            Orang Minang, Kristal Multimedia, Bukittinggi, 2014, hlm. 239.



         60   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100