Page 97 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 97

bersifat  eksklusif melainkan terintegrasi ke dalam pilar-pilar
                                     88
          ekonomi kapitalisme global.  Kasus Senama Nenek, transformasi
          agraria itu telah menyebabkan terjadinya persinggungan ideologi
          dan perubahan cara memperlakukan hak akses dan kepemilikan
          terhadap tanah ulayat yang sejak lama mereka huni dan kelola.
          Seperti yang telah disinggung pada awal bab dua, transformasi
          agraria itu  sering kali  juga  menjadi faktor sebab  kaburnya
          identitas asli masyarakat adat.

          Warisan Ideologi Kolonial, Proses Intervensi Kapitalisme ke
          Senama Nenek

             Salah  satu  instrumen yang  menjadi legitimasi  tindakan
          negara dalam mengendalikan hak akses dan bahkan konstruksi
          kepemilikan terhadap sumber daya berbasis lahan di Indonesia
          yakni  keberadaan konsep politis yang disebut sebagai “tanah
          negara”. Konsep  ini dianggap baru lahir pasca kemerdekaan
          Indonesia, meskipun  dalam  praktiknya  “perubahan”  tersebut
          kurang lebih hanyalah bentuk baru dari mekanisme penguasaan
          dan  pengendalian  yang  lama.  Dasar ideologi “tanah  negara”
          memiliki akar-korelasi sejarah dengan kebijakan Kolonial Hindia
          Belanda yang terkenal, yaitu domeinverklaring.

             Domeinverklaring (pernyataan  domein) dideklarasikan
          pada masa pemerintahan Hindia Belanda untuk diberlakukan di
          Jawa dan Madura pada tahun 1870. Beberapa tahun berikutnya
          berlaku pula di Sumatera (Staatsblad 1874), Manado (Staatsblad
          1877),  dan Kalimantan  Selatan  dan Timur (Staatsblad  1888).
          Pernyataan  domain yang  kali  pertama  dimuat  dalam  Pasal  1
          Agrarisch  Besluit (Staatsblad 1870  No. 118,  kemudian  diulang


          88   Gunawan Wiradi, Op. Cit., hlm. 62.


         62   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102