Page 118 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 118

DILEMA PENGAKUAN TANAH ADAT DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

                               I Gusti Nyoman Guntur, Theresia Supriyanti, dan Harvini Wulansari


             Ringkasan Eksekutif

             Negara  sebagai  Badan  Penguasa,  memang  tidak  perlu  memiliki  tanah  cukup  diberikan
             kewenangan  untuk  mengatur  dan  mengelolanya,  namun  dalam  kedudukan  sebagai
             penyelenggara  Negara  (Pemerintah)  dapat  mempunyai  hak  atas  tanah.  Dengan  logika  yang
             senada,  terkait  dengan  masyarakat  (hukum)  adat  Dayak  di  Kalimantan  Tengah  yang  diakui

             oleh  konstitusi  mempunyai  hak  ulayat,  apakah  hanya  berkedudukan  sebagai  pengatur  dan
             pengelola tanah ulayat saja, atau juga dapat berkedudukan sebagai pemilik tanah. Kajian ini
             penting,  karena  sebagai  pelaksana  UUD  1945,  UUPA  merupakan  produk  hukum  negara
             pertama  yang  mengakui hak ulayat  masyarakat  hukum  adat  seperti  hak  atas  hak  atas  druwe
             desa  di  Bali  atau  ganggam  bauntuik  di  Sumatera  Barat  yang  saat  ini  dapat  diterbitkan
             sertipikatnya.

                   Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah mempunyai
             beragam  budaya  dan  aktifitas  terkait  tanah  yang  bersifat  normatif,  mengandung  sifat  hak,
             dihormati, dihargai, dan dipatuhi. Saat ini secara alami tanah-tanah adat tersebut cenderung
             bersifat  perseorangan  atau  kelompok,  sedangkan  yang  bersifat  komunal  terdapat  secara
             sporadis  memang  pemanfaatannya  tanpa  pengolahan  tanah  secara  intensif.  Terhadap

             penguasaan  tersebut,  statusnya  diklaim  sebagai  tanah  negara  oleh  otoritas  kehutanan  atau
             pertanahan.  Adanya  amandemen  oleh  Mahkamah  Konstitusi  yang  ditindaklanjuti  dengan
             pelaksanaan  IP4T  dan  diganti  dengan  PPTKH,  hanya  memprioritaskan  penyelesaian  tanah-
             tanah yang dikuasai dan dimanfaatkan oleh perorangan atau kelompok, sedangkan tanah yang
             dikuasa secara komunal (masyarakat adat Dayak) belum ada pengusulannya.
                   Dalam  upaya  merealisasikan  pengakuan  penguasaan  tanah  adat  secara  komunal,

             disarankan kepada Bupati juga mengajukan permohonan penyelesaian melalui kegiatan PPTKH
             terhadap penguasaan tanah-tanah ulayat, dalam inventarisasi dan verifikasi penguasaan tanah
             selain  berdasar  fakta-fakta  hukum  semata  harus  juga  melihat  fakta-fakta  sosial  dan  budaya
             setempat,  perlu  ada  kebijakan  yang  mengatur  status  hukum  tanah  ulayat,  kedudukan
             masyarakat adat sebagai subyek hukum hak atas tanah, serta  menetapkan bentuk unit sosial

             masyarakat adat Dayak.

             Pendahuluan
                   Berdasarkan  asas  kenasionalan  yang  diatur  dalam  Pasal  1  UUPA,  UUPA  berpendirian
             bahwa  seluruh  tanah  yang  ada  di  seantero  wilayah  Republik  Indonesia  ini,  merupakan
             kekayaan  nasional  yang  dimiliki  oleh  Bangsa  (rakyat)  Indonesia.  Sedangkan  dalam  Pasal  2

             UUPA (lihat Penjelasan Umum Bagian II UUPA), UUPA berpendirian bahwa untuk mencapai
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123