Page 446 - Berangkat Dari Agraria
P. 446
BAB XI 423
Dinamika Jalan Kebudayaan
Toleransi menurut Dwi Latifatul Fajri (2021) adalah kemampuan
seseorang memperlakukan orang lain yang berbeda. Toleransi
termasuk sikap positif seperti menghargai dan menghormati orang
yang berbeda agama, ras, bahasa, suku, dan budaya.
Pada tahun 2022, warga diajak untuk terus merajut persaudaraan
dan bangkit bersama untuk masa depan Indonesia yang maju,
toleran, dan rukun dalam keragaman. Toleransi dalam kehidupan
beragama ini penting untuk direnungkan dari waktu ke waktu.
Sejatinya ketegangan bermotif perbedaan agama atau perbedaan
gaya beragama bisa membuat bangsa ini rikuh. Berbagai isu yang
berkembang di ranah publik dapat membuat suasana psikologi-sosial
politik menjadi gerah dan panas. Sikap publik dalam menyikapinya
pun bisa terbelah dua, antar pro atau kontra.
Misalnya, kebijakan pemerintah yang membubarkan organisasi
yang mengatasnamakan agama tetapi dianggap melanggar Pancasila,
UUD 1945, dan ketatanegaraan. Kelompok ini dikenal berperangai
pemberang dan bertindak kekerasan jika melihat sesuatu yang
tidak sesuai dengan keyakinannya. Hal inilah yang ditertibkan
pemerintah. Publik pun ada yang setuju dan tidak.
Gotong Royong
Kementerian Agama sejak 2020 mengangkat tema “Indonesia
Rukun”. Tema ini mengandung makna penting bagi bangsa Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan beragama. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dari Pancasila, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika menjadi landasan ideal dari kerukunan antarumat
beragama di Indonesia.
Pasal 29 UUD 1945 menyatakan, “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Makna khusus toleransi beragama kian relevan ketika kondisi bangsa
Indonesia dilanda keprihatinan akibat serangan pandemi Covid-19