Page 192 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 192
Masalah Agraria di Indonesia
yang tidak dalam yang dapat ditanami padi; taleuë, rawa di
pegunungan; paloh, tanah yang terbenam antara bukit-bu-
kit pada waktu penghujan tergenang air, kalau musim kema-
rau tumbuh rumput; lanyoe atau suwa’, raawa dipesisir,
6. pasir, pasisir
Tanah-tanah tersebut disediakan untuk pangonan ternak.
Sedang untuk daerah-daerah yang tidak terdapat banyak rum-
put, biasaannya terletak di kaki gunung. Untuk lahan penana-
man lada tersedia di rimba dan uteuen. Pertanian ladang dija-
lankan dengan penanaman sekali dan ditinggalkan selama 4
tahun.
Tanah-tanah yang belum dikerjakan masuk dalam satu
daerah pemerintahan. Sedang tanah-tanah yang tidak diker-
jakan ada dua macam, yaitu; yang sama sekali belum pernah
dibuka, dan ada lagi tanah yang sudah pernah dikerjakan, tetapi
berhubung dengan suatu hal tanah itu ditinggalkan dan kem-
bali kepada Negeri.
Tanah-tanah yang sama sekali belum pernah dibuka (rim-
ba) yang terdapat di gunung-gunung, masuk dalam daerah
Ulubalang atau Mukim yang berdiri sendiri. Ulubalang atau
Imeum berdiri sendiri mengatur pemakaiannnya. Barang
siapa yang akan membuka tanah atau mengambil hasil hutan,
maka harus mendapat izin dari Ulubalang.
Tanah-tanah lainnya yang belum dikerjakan yang tidak
dimiliki seseorang, termasuk masuk dalam Mukim (bagian dari
Daerah Ulubalang), atau dalam kampong (Meunasah). Sedang-
kan yang masuk kategori Mukim: uteuën, tamah, padang, paja,
dan suma’, bilamana tanah itu tidak termasuk dalam ling-
kungan kampong. Yang masuk Kampong atau Meunasah ada-
lah semua tanah yang belum dikerjakan dalam lingkungan
171