Page 194 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 194
Masalah Agraria di Indonesia
Tanah liar ada dua macam: pangala (hutan), dan padang (ta-
nah tidak berhutan). Tanah hutan ada tiga macam yaitu hutan
lebat, hutan tipis, dan hutan muda dengan belukar di antara-
nya. Padang ada dua macam: belum diusahakan yang berupa
alang-alang dan padang rumput, dan tanah ladang yang diting-
galkan.
Kerbau atau ternak lainnya yang dimiliki penduduk dalam
distrik itu boleh dilepaskan ke tegalan dan padang rumput itu.
Tanah yang tertentu untuk tempat menggembalakan ternak
(kerbau) dinamakan pendurukan tedong (tempat kerbau me-
rumput).
Oleh Puang tanah, hutan itu dapat diberikan kepada Indo’
Buah (Kepala Kampung), lalu diberikan kepada penduduk
untuk diusahakan. Indo’ Buah berhak atas tanah padang. Hutan
yang menjadi milik bersama juga boleh diusahakan oleh pen-
duduk dalam kampung tersebut. Untuk membuka lahan dan
mendapatkan tanah itu seseorang harus meminta izin kepada
Indo’ Buah dengan atau tanpa seizin Puang dan tanpa mem-
bayar. Tetapi menurut kebiasaan, sebagai peraturan yang tidak
tertulis, orang-orang berkewajiban memberikan sebagian dari
hasil tanah itu kepada Puang dan Parenge. Jika hasilnya jelek
dapat ditunda hingga pada hasil yang kedua. Selain itu, Puang
dan Parenge’ menerima sepotong daging babi yang dikurban-
kan tiap-tiap tahun pada waktu memperbaiki bendar. Tetapi
kalau hanya sedikit babi yang dipotong dapat juga Puang dan
Parenge’ tidak usah diberi. Namun dengan makin berkurang-
nya hutan karena pertambahan penduduk, akhirnya pembe-
rian izin membuka hutan tidak lagi dijalankan.
Tanah yang dijadikan sawah menjadi milik orang yang
membukanya. Ia berhak menggadaikan dan menjual serta
173