Page 190 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 190
Masalah Agraria di Indonesia
Tanah druwé jabê juga dapat jadi tanah druwé dalem, karena:
1. camput (pencamputan hak, naasting), sebab: a) si pemilik
meninggal dan tidak dengan meninggalkan waris yang ber-
hak. Dalam hal yang demikian, tidak hanya tanahnya yang
diambil oleh raja, tetapi istri (istri-istri) dan anak-anak pe-
rempuannya juga diambil sebagai “kepunyaan” raja. Ter-
hadap tiga kasta yang tertinggi (wargi) dan untuk bangsa-
wan Sasak, pengambilan waris oleh raja tidak tentu. Tetapi
terhadap rakyat biasa hal ini menjadi kebiasaan ; b) matilas,
karena tidak menurut kepada kepala-kepala,
2. penyerahan dengan kemauan sendiri, hal ini sudah biasa
sebab ada satu pihak yang masih berselisih di antara kelu-
arga. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk minta perlin-
dungan raja atas hak tanahnya,
3. karena dengan dinyatakan hilang haknya disebabkan kare-
na pelanggaran-pelanggaran,
4. karena perselisihan yang tidak dapat diselesaikan, maka
tanah itu dapat dicabut dan dapat diberikan kepada orang
lain,
5. karena dijual,
6. karena pertukaran,
Di daerah-daerah lain di Lombok, yang terkenal dengan
nama Dangin Juring (Bali) dan Timu Juring (Sasak) di Lombok
Tengah dan Timur, yang diperintah oleh kaum aristokrat Bali,
sama keadaannya seperti tadi, yaitu mangakui bahwa di situ
adalah kepunyaan raja Bali. Tetapi di sana orang tidak menge-
nal pembagian dua macam “druwé dalem dan druwé jabé”.
Hanya ada pembagian yang tidak seperti aslinya dan hampir
bersamaan seperti di sebelah Barat. Di daerah Sasak, pengaruh
Bali dalam soal sistim hak tanah ini kuat. Di daerah tersebut
169