Page 195 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 195
Mochammad Tauchid
mempergunakan menurut kesukaannya. Hak itu tidak hilang,
sekalipun pemakaiannya menurut kesukaannya. Hak itu tidak
hilang, sekalipun pemiliknya pergi meninggalkan daerah itu,
atau membiarkan tanah itu kosong, atau tanah itu tidak ditana-
mi lagi. Orang yang membuka hutan untuk dijadikan ladang
hanya mempunyai hak memakai dan memungut hasilnya.
Dengan izin Puang atau Parenge’, ladang itu dapat menjadi
hak milik. Dengan hak menjual, dan tidak boleh diambil oleh
orang lain.
Ladang yang hanya diberikan sebagai hak memakai untuk
mengambil hasilnya, setelah ditinggalkan kosong selama satu
tahun, maka ia kembali menjadi kepemilikan bersama. Ta-
naman keras di atas ladang milik bersama ini menjadi milik
yang menanami. Tetapi kalau tanaman itu masih baru, masih
memerlukan pemeliharaan selanjutnya, maka akan menjadi
milik orang yang mengerjakan kemudian.
Toraja (nama suku bangsa yang mendiami daerah Sa’dan)
dari lain daerah (desa atau distrik) boleh membuka sawah di
satu daerah, walaupun ia tidak diam dalam daerah tersebut.
Biasanya mereka kawin dengan perempuan di kampung yang
berdekatan dengan sawah tersebut, yang akhirnya tinggal di
sana. Orang boleh juga menjual sawah kepada orang dari lain
desanya, dan tidak perlu orang itu tinggal dalam desa itu. Tetapi
kalau hendak membuka dan mengerjakan ladang, orang itu
harus tinggal di daerah itu. Kalau dia kemudian meninggalkan
daerah itu untuk selama-lamanya, ia boleh menjual ladangnya
kepada penduduk di situ dengan seizin Parenge. Jika penjualan
itu tidak dengan izin Parenge, maka penjualan ini tidak sah.
Dan bagi pemilik yang tanah serta tanam-tanaman telah men-
jadi kepunyaan umum tidak berhak meminta ganti rugi. Ia
174