Page 200 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 200
Masalah Agraria di Indonesia
5. Tanah kesentanan, yaitu tanah yang diberikan kepada Kelu-
arga Raja (Pangeran) dengan kampung yang didiami pen-
duduk sekelilingnya.
6. Pekarangan-pekarangan Bupati, tadinya masuk tanah go-
longan. Lama-lama lepas dari hubungan golongannya, dan
pekarangan-pekarangan pegawai-pegawai tinggi dengan
kampung penduduk sekelilingnya.
7 . Tanah kebonan dan pekarangan yang terletak di luar pusat
kota diberikan kepada Patih (Rijksbestuurder).
8. Pekarangan penduduk yang ada di luar lingkungan tanah-
tanah tersebut di atas, yang langsung termasuk dalam keku-
asaan Negeri
9. Sawah Mahosan, yaitu sawah yang dikerjakan dan dipe-
lihara oleh bekel, dengan membayar pajak (pajeg, paos).
Ibu kota kerajaan Yogyakarta didirikan oleh Sultan Ha-
mengku Buwono I (Pangeran Mangku Bumi) pada tanggal 2
bulan Rejeb tahun Caka 1681 Wawu, di hutan Bringan, terletak
antara sungai Winanga dan Code, yang dulu-dulunya sudah
sering dijadikan tempat kediaman sementara. Pada waktu
pembukaannya, Hamengku Buwono I tinggal di pesanggrahan
Gamping terletak lk. 3 pal di sebelah Barat kota Yogyakarta.
Pada tahun Alip (jadi dikerjakan selama 3 tahun) selesailah
pembuatan kota kerajaan itu. Sejak itu berpindahlah keraton
di ibu kota Yogyakarta sekarang. Pendirian keraton itu disertai
dengan mendirikan rumah-rumah untuk pegawai-pegawai,
prajurit serta tempat kediaman lainnya. Begitu juga kediaman
pembesar-pembesar Belanda. Bahkan rumah kediaman Resi-
den diselesaikan lebih dulu (Babad Gianti menyebutkan: loji
lingkang sinambut kariyin).
Pemindahan keraton dan kedatangan orang-orang pega-
179