Page 234 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 234
Masalah Agraria di Indonesia
soal tanah).
5. Desa tidak turut campur dalam urusan tanah yasan (indivi-
dueel bezitsrgrond), tetapi ada juga desa yang menentukan
tentang tanah milik yasan itu.
6. Desa dapat mengusahakan mendapatkan tanah GG untuk
penghasilan desa. Kalau sudah dua kali panen, hasilnya dipa-
kai untuk membiayai keperluan desa, dan dapat mengu-
rangi beban-beban yang harus ditanggung oleh gogol, seba-
gai pengganti uang angguran (hoofdgeld).
Sifat hukum dan hak milik tanah rakyat yang berlaku me-
nurut hukum adat yang berbeda-beda dengan beragam corak
menggambarkan beragamnya corak, susunan, semangat dan
jiwa desa di Indonesia. Karenanya keadaan dan semangat desa
yang bermacam-macam memengaruhi tingkat kecerdasan
rakyat lainnya. Beragam corak ini juga dipengaruhi oleh hak
tanahnya. Di daerah yang kuat dan erat hubungan tanahnya
dengan desa, akan berbeda jiwanya dibanding dengan desa
lainnya yang hak milik tanahnya adalah hak milik perseo-
rangan. Kuat lemahnya desa sebagai kesatuan hukum tergan-
tung dari hak milik tanah menurut adat di situ.
Dalam sejarahnya, sebagaimana telah diuraikan di muka,
nampak selalu bahwa pemberian hak tanah disertai denngan
kewajiban yang harus dijalankan oleh si penerima hak. Besar
kecilnya hak penduduk serta kewajibannya tergantung juga
dari besar kecilnya hak tanah yang ada padanya.
Hak suara dalam desa, di samping mendapatkan hak ba-
gian tanah, diimbangi dengan kewajiban terhadap masyara-
katnya. Nampak jelas bahwa siapa yang bekerja akan mendapat
hak yang lebih besar daripada orang yang tidak bekerja.
Orang–orang yang pertama membuka hutan dijadikan tanah
213