Page 231 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 231
Mochammad Tauchid
uang penjualannya. Kalau seorang kuli meninggal, maka tanah-
nya dapat diturunkan kepada ahli warisnya.
Satu hal yang ganjil ialah bagaimanapun kecilnya tanah
(desa) perdikan itu, di sana pasti ada susunan pemerintahan
desa. Seperti yang terdapat di Keputihan Guyangan yang
hanya ada 3 orang kuli (pemakai tanah sawah desa) dan 3
lindung (pemilik pekarangan tidak dengan sawah), mem-
punyai carik desa dan kebayan. Masing-masing mendapat
bagian 100 ru persegi (1/5 bau atau kira-kira 1400 meter per-
segi) dan pekarangan. Desa Keputihan Kedung Kuwali dengan
4, 875 bau sawah dan 2,5 bau pekarangan, mempunyai carik
dan dua orang perangkat desa.
Di kabupaten Karanganyar dulu (sekarang masuk Kabu-
paten Kebumen), terdapat 21 desa perdikan, di antaranya
terdapat desa Karanganom dengan 6 bau pekarangan dan 1,5
bau sawah. Desa Karangasem dengan 2 bau pekarangan dan 2
bau sawah. Dalam soal tanah dan hak-hak penduduk hampir
sama dengan keadaan dalam daerah Kutoarjo seperti diuraikan
di atas. Hanya di desa Klegén Kauman, secara kebetulan ada
perubahan, yaitu adanya hak yang tetap bagi penduduk akan
tanah.
Di desa-desa perdikan ada kepala desa yang resmi, yang
dinamakan “bekel muka, atau bekel ngarep” dan terkadang
ada lagi kepala desa yang tidak resmi yang dinamakan “bekel
belakang, bekel buri” atau “congkok kuwasa”. Kepadanya
diberikan juga hak memerintah sebagian desa itu dengan men-
dapat hak-hak seperti Kepala Desa Perdikan (bekel muka). Ja-
batan ini turun-temurun kepada anak laki-lakinya. Di desa
Karangasem yang hanya mempunyai 2 bau sawah dan 2 bau
pekarangan, bekel muka dan bekel belakang mempunyai
210