Page 226 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 226
Masalah Agraria di Indonesia
dan tempat suci. Kadang bersama-sama dengan orang-orang
yang memang dibebani kewajiban, mereka mengerjakan
kewajiban-kewajiban keagamaan di situ.
Pekuncèn atau kuncèn, yaitu nama yang diberikan hanya
kepada orang atau desa yang diberi kewajiban menjaga dan
memelihara tempat-tempat makam dan tempat keramat
lainnya. Orang yang berkewajiban menjaga dan memelihara
mesjid dan pesantren tidak termasuk dalam golongan ini. Kalau
penjagaan dan pemeliharaan dibebankan kepada orang-orang
tertentu di desa itu, maka desa itu dinamakan “pekuncen”.
Kalau seluruh penduduk atau sebagian besar penduduk desa
itu ditunjuk untuk menjalankan kewajiban di atas, maka sifat-
sifat dan peraturan desa perdikan atau mutihan berlaku dalam
desa Pekuncen itu, dimana orang-orang mendapat kebebasan
kewajiban untuk Raja (atau untuk Pemerintah). Tetapi kepada
kepala desa yang mendapat hak-hak istimewa atas tanah pen-
duduknya diwajibkan membayar. Sebagai contoh Desa Mijén,
yaitu salah satu desa perdikan yang terdapat di Surakarta.
Oleh Susuhunan yang dahulu, didirikan Mijén untuk para ulama
yang sudah tua yang dikasihi dan disukai. Mereka harus selalu
sedia membantu raja, dan berdekatan dengan raja. Mereka
mendapat penghasilan dari tanah di beberapa desa sebagai
lungguh (apanage). Mereka disebut Mijén, artinya orang-
orang yang terpilih. Kemudian beberapa desa perdikan lain-
nya (di daerah Banyumas), juga dinamakan Mijén.
Desa perdikan atau merdikan yaitu desa “yang dibe-
baskan” (dimerdekakan) dari kewajiban-kewajiban dan beban
terhadap raja atau kemudian kepada Pemerintah Pusat.
Pembebasan kewajiban dan beban ini bisa untuk seseorang,
tetapi dapat juga untuk desa dengan penduduknya. Kalau
205