Page 235 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 235

Mochammad Tauchid

            pertanian bagi orang seluruh desa, dianggap sebagai orang
            yang berjasa kepada desa itu, dan harus dimuliakan. Orang-
            orang yang pertama (cikal bakal, eerste ontginners) dipandang
            orang yang harus dimuliakan, bahkan di beberapa tempat ku-
            buran cikal bakal dianggap sebagai kuburan yang mesti dimu-
            liakan oleh orang se-desa. Turunan orang-orang “cikal bakal”
            masih dianggap juga sebagai orang-orang yang pantas dihor-
            mati. Dalam kebiasaan pemerintah desa, maka Lurah dengan
            perabot desa lainnya dipandang sebagai Badan Penguasa yang
            memegang hukum dan menjalankan pemerintahan, sedang
            “orang-orang tua” (marakaki, tuwo-tuwo deso) sebagai De-
            wan Penasehat, yang tidak kurang ditaati oleh rakyat di situ.
                Sebagai pemegang hukum dalam urusan tanah adalah Lu-
            rah dengan perangkatnya, sebagai rechtsfunctionaris, atau
            orang-orang tua yang dianggap lebih mengerti tentang asal-
            usulnya tanah di desa itu.
                Lurah sebagai rechtsfunctionaris, dalam desa itu sering
            salah mempergunakan haknya dan berbuat yang merugikan
            rakyat. Kewajiban rakyat untuk keperluan desa yang berarti
            untuk kepentingan masyarakat sering dipergunakan untuk
            kepentingan Lurah dengan pegawainya. Beban rakyat menjadi
            tambah berat, dan akhirnya jauh tidak seimbang dengan hak
            yang diterima olehnya.


            10. Pembagian Warga Desa Berhubungan dengan Hak
               Milik Tanah di Desa
                Atas dasar hukum dan kepemilikan di dalam desa, maka
            kedudukan orang desa dibagi menurut tingkatannya yang
            tidak didasarkan atas perbedaan turunan dan kekayaan:
            1. Warga desa yang pokok (kerndorpers), yaitu orang yang

            214
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240