Page 262 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 262
Masalah Agraria di Indonesia
dari hasilnya. Orang yang menuai padi mendapat bawon
antara 1/15 - 1/16, malahan di Lombok ada orang yang me-
nuai menerima 1/60-nya. Orang yang punya sawah, dengan
tidak bekerja apa-apa, dengan sawahnya yang luas puluhan
bahkan ratusan hektar menerima 4/5 hasil sawahnya.
h. Pertanian rakyat bersifat “mono cultuur” padi untuk di Ja-
wa, dan mono cultuur bahan perdagangan (karet di bebe-
rapa daerah Sumatera dan Kalimantan serta tempat-tempat
lainnya, dan lada di daerah Lampong), ini mangakibatkan
pincang. Di Jawa orang kelaparan karena hanya menanam
padi di atas tanahnya yang tidak cukup memberi makanan,
sebab tidak ada tambahan dari hasil bahan perdagangan.
Di luar Jawa juga kelaparan karena hanya menanam karet
dan lada yang waktu dulu tidak seberapa harganya. Teruta-
ma pada waktu keadaan genting, di mana impor beras tidak
dapat masuk sedang hidupnya tergantung dari impor itu.
Masalah bahan makanan, merupakan masalah yang berat.
Pernyataan bahwa Indonesia tidak kekurangan beras meru-
pakan hiburan terhadap dirinya sendiri, dan menipu serta
mengelabui mata sendiri.
Kenyataan membuktikan bahwa sejak dulu Indonesia be-
lum dapat mencukupi kebutuhan berasnya sendiri. Indo-
nesia selalu mendatangkan dari luar, meskipun tidak atau
belum semua orang Indonesia makan beras dan tidak
kenyang. Produksi beras Indonesia yang pada pertengahan
tahun sebelum perang ada 9.987.000 ton (gabah) 1949/
1950 ada 9.860.000 ton (gabah), tahun 1950/1951 ada
9.400.000 ton (gabah) memang tidak mencukupi keperlu-
an makanan rakyat Indonesia. Pemerintah selalu menda-
tangkan beras dari luar negeri dengan rata-rata 282.000
241