Page 592 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 592
Lampiran
6. Bilamana kita perbandingkan harga padi kini dengan harga
padi sebelum perang, yang untuk Jawa timur, Madiun/Kediri
dan Solo adalah masing-masing 3,40 ct - 3,40 ct dan 2,51 ct
tiap-tiap kg , maka perbandingan harga adalah lebih kurang
d
seperti berikut :
Jawa Timur = 28 : 3,4 = 7
Madiun/Kediri = 25 : 3,4 = 7,3
Solo = 21 : 2,51 = 8
7. Akan tetapi anggapan bahwa kenaikan harga sewa tanah
seharusnya mesti berbanding langsung (rechtevenredig)
dengan kenaikan harga rata-atas dari padi adalah tidak benar
karena janganlah dilupakan bahwa biaya produksi dan biaya
pengangkutan pun mempengaruhinya juga sehingga ‘rende-
ment’(penghasilan bersih untuk petani) dari tanah tergantung
pada kedua faktor tersebut.
8. Di dalam jurusan ini sudah diadakan beberapa penyelidikan
(Cirebon dan Tulungagung) yang menyatakan bahwa peng-
hasilan bersih yang diterima oleh tani jika ia mengerjakan
tanah itu sendiri (dalam masa 18 bulan) menurut keadaan
sekarang ialah f. 500,- 1ha buat tanah golongan pertengahan
(middelmatig goede gronden).
9. Berdasarkan harga sewa terendah sebelum perang untuk Jawa
Timur, Madiun/Kediri rata-rata 1.k. f. 85,- 1 ha dan untuk
Solo rata-rata 1.k. f. 75,- 1 ha, maka nyatalah bahwa kenaikan
sewa tanah dalam perbandingan seharga (inevenredig-heid)
dengan harga rata-rata dari beras sebelum perang dan di da-
lam tahun 1949 yang dipakai, menunjukkan angka-angka
yang lebih tinggi daripada penghasilan bersih petani bilamana
ia mengerjakan tanah itu sendiri.
10.Menurut uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa penetapan sewa tanah yang dalam keadaan sekarang
merupakan penggantian kerugian yang pantas untuk petani,
dalam penyerahan tanahnya tiada dapat ditentukan dengan
saksama. Oleh karena itu dengan mengingat bahwa soal ini
d Lihatlah Majalah Economische Weekblad 1941.
571